BANDUNG—-Dari hobi menjadi hoki. Begitu cetus Risnawati Handayani pemilik usaha camilan yang diberi nama Dahlia Moring Suksok. Terinspirasi dari online, Risna kemudian mencoba resep cimol kering yang kemudian dimodikasi.
Menurut ibu rumah tangga dari Subang ini, Dahlia itu nama brand awalnya, moring adalah singkatan cimol kering dan Suksok dalam Bahasa Sunda artinya keluar masuk. Hanya dengan modal awal Rp50 ribu, Risna memberanikan diri mendirikan usaha ini pada 2016.
“Mulanya pasar saya hanya di Subang, kemudian ke Kota Bandung. Saya hanya memodifikasi cimol keirng menjadi berapa varian, di antaranya original, sayuran, ikan dan pedas. Hasilnya produknya diminati,” ujar Risna kepada Peluang, Senin (9/12/19).
Dalam seminggu Dahlia Moring Suksok mengolah 25 kilogram tepung tapioka. Seolah cimol kering, Risna juga memproduksi bakso kering yang dimasukan dalam pak-pak. Per pak dijual Rp15 ribu. Meskipun produknya termasuk UKM yang terdaftar di Gerai UKM, Risna menyebut bahwa omzetnya sebulan masih terbilang kecil rata-rata Rp6 juta per bulan.
Terobosan yang serupa sebetulnya juga dilakukan warga Bandung Irpan Salim, awal November 2015. Dengan brand Boboko Snack, Irpan mengemas makanan ringan Sunda, tidak saja moring, tetapi cireng, batagor kuah instan, kicimpring, ramen Sunda kripik cireng, kamaroni dan sebagainya juga dalam pack, naik kelas layaknya snack yang dipajang di Pasar Swalayan.
“Saya mau memperkenalkan kaum milenial kalau banyak varian makanan jadul Sunda. Makanan jadul ini adalah budaya yang harus dijaga,” ujar kelahiran 12 Juni 1989 ini seperti dikutip Liputan 6.
Promosi lewat media sosial (Instagram @bobokosnackofficial), dan website bobokosnack.com, kini Ivan memiliki distributor di Surabaya, Batam, Malang, dan Sumedang.
Penjualan fantastis pada 2016, di mana Ivan menerima pre order seblak 50 ribu bungkus.
“Saya akhirnya produksi beberapa ratus bungkus dalam sehari untuk mengejar target. Dan ternyata barang ada yang dikirim sampai ke luar negeri, salah satunya Hong Kong,” pungkas dia(van).