hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Inovasi CSA Harus Dilanjutkan dan Direplikasi di Berbagai Daerah

Ilustrasi-Foot: Istimewa.

Peluang News, Jakarta – Sejumlah petani pada lokasi Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] berharap inovasi CSA dilanjutkan lantaran mengajarkan banyak hal pada petani. Khususnya bagaiman bertani pintar menghadapi perubahan iklim, hemat produksi karena tidak tergantung pada pupuk anorganik dan gantisipasi penyakit tanaman.

Harapan tersebut dikemukakan petani lokasi Demplot Scalling Up di Desa Tegalrejo dan Sumbersari di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Suara serupa dilontarkan oleh petani di Desa Sipatokkong di Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi. Inovasi CSA juga bergema dari sejumlah kabupaten di delapan provinsi pelaksana kegiatan CSA SIMURP.

Seruan serupa datang dari Kementerian Kordinator [Kemenko] Perekonomian, yang dikemukakan Asisten Deputi Prasarana, Sarana Pangan dan Agribisnis, Ismarini pada kunjungan kerja Tim Kemenko Perekonomian ke lokasi CSA SIMURP di Kecamatan Compreng, Subang, Jawa Barat, belum lama ini.

Ismarini mengatakan Pertanian CSA yang diusung Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] bersama Kementerian Pertanian RI sangat tepat, sehingga SIMURP harus dilanjutkan dan direplikasi di wilayah lain di luar lokasi saat ini, 24 kabupaten di 10 provinsi.

“Teknologi CSA SIMURP sangat kita perlukan, untuk menghadapi climate change yang terjadi saat ini. Mudah-mudahan program ini bisa secara cepat direplikasi di tempat lain melalui para penyuluh pertan ian,” ungkap Ismarini.

Asdep Kemenko Perekonomian, Ismarini hadir di Subang didampingi Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan] Bustanul Arifin Caya selaku Direktur National Project Implementation Unit [NPIU] SIMURP dan Project Manager SIMURP Kementan, Sri Mulyani.

Ismarini menambahkan, dengan pemanfaatan pupuk organik, pembenah tanah dan teknologi pertanian lainnya, diharapkan dapat memperbaiki kondisi tanah pertanian yang saat ini sedang tidak baik, sehingga teknologi yang ada dapat meningkatkan Indeks Pertanaman [IP] terutama di daerah program CSA SIMURP.

Upaya tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman pada jajarannya segera mempercepat tanam padi. Guna mengejar ketertinggalan produksi yang sempat tertinggal pada musim sebelumnya.

“Situasi pangan kita secara nasional sedang tidak baik-baik saja. Ini akibat El Nino panjang sejak 2023 dan berimbas hingga 2024,” katanya.

Mentan Amran menambahkan, sektor pertanian pada 2023 mengalami kemunduran musim tanam karena lahan persawahan kering kerontang. Kegiatan tanam di seluruh Jateng, untuk 2024, harus mencapai satu juta hektar agar dapat menutupi kekurangan tahun berikutnya.

Hal tersebut didukung oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi bahwa kebijakan Kementan memerlukan sinergi antara seluruh insan pertanian didukung oleh stakeholders.

“Untuk itu diperlukan langkah awal dalam upaya peningkatan wawasan dan pemahaan serta penyamaan persepsi dalam upaya mencapai swasembada padi dan jagung,” katanya.

Keberlanjutan CSA

Kapusluh Bustanul AC mengatakan bahwa Program SIMURP khususnya di Compreng, Subang sangat bermanfaat bagi petani terutama dalam peningkatan produksi, juga memperkuat fungsi penyuluhan pertanian dalam mengembangkan inovasi teknologi pertanian.

“Dengan implementasi CSA, bisa terjadi peningkatan produktivitas di angka 0,5 hingga satu ton per hektar gabah kering panen,” katanya.

Bustanul menambahkan, pada Program SIMURP bukan hanya SDM yang menjadi perhatian melainkan juga kelembagaan seperti Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] sebagai sarana bagi penyuluh dan petani mendiskusikan inovasi CSA.

“Pengembangan BPP, kita ada bantuan untuk penguatan visi dan sarana belajar dan diskusi seperti proyektor dan lain sebagainya,” ungkapnya lagi.

Program SIMURP juga mendorong penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani [KEP] sehingga dapat menciptakan anak-anak muda yang terjun ke wirausaha pertanian.

Kendati Program SIMURP akan berakhir pada 2024, namun pemerintah daerah lokasi kegiatan CSA berupaya mendukung keberlanjutan program melalui replikasi di luar lokasi kegiatan CSA.

Hal itu diakui Kepala Bidang Penyuluhan dan SDM Kabupaten Subang, Hendra Mulyawan bahwa pihaknya menyiapkan anggaran Rp185 juta untuk melanjutkan kegiatan CSA karena terbukti memberi banyak manfaat bagi petani CSA.

“SIMURP sangat baik. Bisa mengubah mindset petani yang masih berfikiran turun-temurun. Petani kini jadi faham tentang pengairan yang tepat, mengurangi penggunaan pupuk kimia dengan beralih ke pupuk organik,” katanya.

Bukan hanya Subang, kata Kabid Penyuluhan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar, Rahmat Hidayat bahwa keberlanjutan CSA juga menjadi program kabupaten lain lokasi SIMURP maupun Pemprov Jawa Barat.

“Alokasi APBD demi keberlanjutan CSA sudah dilakukan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pemrov Jabar didukung anggaran Rp195 juta. Kabupaten Indramayu Rp210 juta dan Cirebon sediakan anggaran APBD Rp81 juta,” katanya.

Rahmat Hidayat menambahkan, dampak CSA SIMURP sangat besar dirasakan masyarakat dan petani terutama di lokasi kegiatannya. Misalnya, peningkatan produktivitas padi di Subang, tercatat untuk wilayah yang menerapkan CSA ternyata produktivitas 2023 mencapai 7,74 ton GKP/ha sedangkan Non CSA sebesar 7,33 ton GKP/ha.

“Kenaikan produktivitas bervariasi, tapi untuk rata-rata kenaikan di kisaran setengah ton GKP per hektar,” katanya lagi.(Aji)

pasang iklan di sini