
Peluang News, Balikpapan – Inkoppas (Induk Koperasi Pedagang Pasar) bersama Gabungan Koperasi Produsen Pengrajin Tahu dan Tempe (Gakoptindo) merayakan hari Tempe Nasional, pada 6 Juni 2024, di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Pelaksanaan hari Tempe Nasional ini untuk mewujudkan tempe sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, ungkap Ketua harian Inkoppas Andrian Lame Muhar dalam keterangan persnya, yang dilansir pada Selasa (11/6/2024).
Lokasi perayaan hari Tempe Nasional, jelas Andrian, dipilih di daerah Somber bukan tanpa alasan. Sebab Somber merupakan lokasi terintegrasi untuk pengerajin tahu dan tempe. Dengan air bersihnya yang memadai, pengolahan limbahnya yang cukup baik, dan itu bagus sebagai tempat percontohan daerah- daerah lain untuk mengelola tahu dan tempe dengan cara yang benar dan higienis.
“Diadakan di sana sekaligus deklarasi bahwa Tempe itu akan menjadi Warisan Budaya tak benda Indonesia yang sudah diajukan ke UNESCO bulan Maret kemarin, dan insya allah suratnya sudah keluar dari Unesco maret tahun depan,” ujar Andrian optimis.
Tempe merupakan makanan favorit bagi masyarakat Indonesia. Semua kalangan bisa makan tempe. Kendala- kendala yang terjadi dalam pengadaan tempe, jelas Andrian, dibahas semua di acara deklarasi, salah satunya pasokan kedelai sebagai bahan dasar tempe.
Kedelai ini kita impor dari luar negeri, sedangkan makanan tempe ini adalah makanan murah meriah di Indonesia. Bagaimana menghadirkan dan mempertahankan tempe tetap terjangkau oleh masyarakat umum juga dibahas dan menjadi komitmen bersama.
“Alhamdullilah semua berjalan lancar, dari BAPANAS, Inkoppas, Pj Gubernur Kalimantan Timur dan Walikota Balikpapan, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Koperasi, juga ikut hadir dalam acara ini,” ucap Andrian.
Inkoppas, ungkap Andrian, terkait dengan tempe karena tempe bahan pangan pokok yang banyak di jual di pedagang pasar. Kalau dari hulu mungkin koperasinya (KOPTI) tetapi di hilirnya tetap ketemu dengan Inkoppas dan anggota Koppas- koppas yaitu para pedagang pasar, menjual cukup masif.
“Kalau tempe sampai tidak di pedulikan pemerintah ini akan menjadi langka sehingga makanan yang seharusnya murah menjadi sulit. Tempe merupakan momentum bagi Inkoppas, agar bisa turut serta melestarikan budaya makan tempe, dan ini budaya asli kita,” bebernya.
Andrian menceritakan pada tahun 1989 mantan presiden Soerharto mencanangkan swasembada kedelai. Berbagai daerah menanam kedelai mulai dari Aceh, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Sumatera. Sayangnya iklim tidak dan kriteria tanahnya tidak cocok dengan kedelai.
Namun beda dengan di Amerika dengan perkebunan-nya yang luas dan tidak berubah zonanya, dan cocok iklimnya serta kriteria tanahnya itu bagus untuk menanam kedelai.
“Tampaknya kedelai bisa tumbuh namun tidak sebagus di Amerika. Amerika juga bisa banyak varietasnya yang Amerika Utara kedelainya kurang cocok untuk dijadikan tempe, karena kedelainya melebur seperti tahu, beda jika Amerika Selatan kedelainya bagus dan sangat cocok buat komoditas tempe, sesuai gambaran pengusaha dan pedagang tempe seperti itu,” jelasnya. (Aji)