hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Inilah Tips Agar Aman Terhindar dari Skor Kredit

Jakarta (Peluang) : Segmentasi debitur bank umum dengan multifinance, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Peer to Peer (P2P) Lending sangat berbeda.

Bahkan Bank umum juga selalu mengawasi bagaimana riwayat kredit calon peminjamnya ketika menggunakan layanan keuangan intermediarty. Maka itu, nasabah harus memprioritaskan membayar cicilan jangan sampai telat.Karena jika telat bayar akan terkena skor kredit yang tentu menyulitkan nasabah apabila akan meminjam dana lagi.

Menurut Direktur Utama PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) Yohanes Arts Abimanyu, dalam konteks skor kredit, menggunakan layanan teknologi finansial (tekfin) atau  financial technology (fintech) ibarat pisau bermata dua.

Karena, tekfin dapat membantu membangun riwayat kredit, namun juga bisa membuat kepercayaan lembaga keuangan lain berkurang. Seperti halnya, ketika konsumen gagal pinjam ke bank, kemudian beralih ke multifinance tapi juga masih belum disetujui pinjamannya.

“Setelah masuk ke P2P lending, akhirnya konsumen kewalahan dan bayarnya telat-telat karena bunganya tinggi. Ini otomatis membuatnya masuk skor kredit kategori high risk, bahkan very high risk,” kata Abimanyu pada diskusi bertajuk ‘Inflansi dan Bayang-bayang Kenaikan Suku Bunga, Kapan Waktunya Kredit?”, secara virtual, Rabu (10/8/2022).

Abi pun mengingatkan, agar nasabah tetap menjaga riwayat kreditnya apalagi bagi yang belum bankable.

Adapun caranya, jelas dia, adalah pertama yang paling memastikan tidak meminjam di banyak tempat dalam satu waktu. Kedua, prioritaskan kemampuan bayar dan usahakan jangan sampai telat bayar cicilan.

Karena apabila ke depan konsumen membutuhkan pinjaman bank dengan nominal yang lebih besar. Maka, pihak bank cenderung memperhatikan apakah calon nasabah punya riwayat telat bayar ketika mengakses layanan lembaga keuangan lain.

Cara ketiga yaitu perhitungkan bunga dan biaya layanan dari lembaga keuangan atau platform tekfin yang akan dipilih dengan teliti. “Jangan sampai menyesal karena terlalu mahal, apalagi sampai menyerah di tengah jalan,” ujarnya.

Abi mengingatkan lagi agar konsumen harus pandai-panda memperhatikan kebutuhan dan kemampuan dengan cermat. Karena menurutnya, pengendalian risiko di setiap segmen itu berbeda.

“Jangan sampai setelah pinjam di multifinance, P2P lending, atau paylater [bayar tunda], malah nasabah mengalami pemburukan skor kredit. Sehingga kepercayaan bank terhadap nasabah  jadi menurun,” tegasnya.

pasang iklan di sini