Kolom  

Inilah 10 Provinsi Penghasil Kopi Terbesar di Indonesia

Petani kopi | Dok. Ist

PeluangNews, Jakarta – Meminum kopi bagi sebagian orang Indonesia merupakan kebutuhan utama. Bahkan minum kopi sudah seperti sarapan pagi pengganti sarapan nasi. Siang hari, dan malam pun minum kopi.

Bangun tidur langsung minum kopi sambil merokok yang ditemani gorengan. Di saat kumpul-kumpul, kopi pun tidak ketinggalan. Sampai-sampai ada ungkapan “kalau belum minum kopi rasanya belum bangun”, ternyata berlaku di Indonesia.

Menurut survei GoodStats, sebanyak 40% responden mengaku minum kopi dua gelas kopi per hari. 29% lainnya minum satu gelas per hari dan 23% mengaku minum tiga gelas per hari. Bahkan 9% responden mengaku minum kopi lebih dari tiga gelas per hari.

Dalam survei bertajuk “Pola Konsumsi Kopi Orang Indonesia” yang dirilis Oktober 2024 itu menggambarkan kebiasaan dan preferensi masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi kopi. Tingginya tingkat konsumsi kopi ini menunjukkan besarnya integrasi kopi dalam rutinitas sehari-hari. Toleransi kafein yang tinggi turut mendorong tingginya tingkat konsumsi kopi Indonesia, yang rasanya susah beraktivitas tanpa adanya kopi.

Hal itu mendorong tingginya budget yang dikeluarkan untuk kebutuhan kopi. Meski begitu, mayoritas responden mengaku lebih suka membeli daripada membuatnya sendiri.

Melihat tingginya minat konsumsi kopi di Tanah Air, tidak mengherankan jika kedai kopi semakin banyak dijumpai di seluruh wilayah di Indonesia.

Kini, nongkrong di kedai kopi seolah sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Selain untuk ngopi, banyak yang memilih bekerja atau belajar dari kedai kopi untuk meningkatkan produktivitas.

Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), Indonesia mengonsumsi 4,79 juta kantong kopi pada periode 2023/2024, dimana per kantongnya memiliki berat 60 kg

Pada 2024, konsumsi kopi domestik di Indonesia diproyeksikan meningkat menjadi 4,8 juta kantong, naik dari 4,45 juta kantong pada 2020/2021.
Dengan survei GoodStats menunjukkan, 40% responden mengaku minum dua gelas kopi per hari.

Jumlah itu menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Banyaknya orang Indonesia yang mengonsumsi kopi bukanlah tanpa sebab. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Produksi kopi tersebar di sejumlah provinsi, terutama di wilayah Sumatra.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi nasional mencapai puncaknya pada 2022 dengan 771 ribu ton 2023.

Merujuk data USDA, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ke lima di dunia dengan total kontribusi sekitar 5%. Indonesia hanya kalah dari Brazil, Vietnam, Colombia dan Ethopia.

Produksi kopi Indonesia yang melimpah tak bisa dilepaskan dari sumbangan daerah penyokong, terutama di Sumatra. Dalam sepuluh tahun terakhir, Provinsi Sumatra Selatan telah memantapkan dirinya sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia.

Dengan total produksi mencapai 1.733,6 ribu ton selama periode 2014 hingga 2023, Sumatra Selatan menempati peringkat teratas di antara sepuluh provinsi utama penghasil kopi di Indonesia.

Selain menjadi penghasil kopi terbesar, Sumatera Selatan memiliki kopi jenis Robusta yang sangat terkenal, terutama dari wilayah Pagar Alam dan Lahat. Kopi Robusta dari daerah ini dikenal dengan cita rasa yang kuat dan kandungan kafein yang lebih tinggi dibandingkan Arabika, menjadikannya favorit di pasar domestik.

Produksi kopi di provinsi ini mengalami peningkatan signifikan, khususnya pada 2017 hingga 2022, sebelum mengalami sedikit penurunan pada 2023.

Faktor-faktor seperti kondisi iklim, perbaikan teknik budidaya, dan ekspansi lahan perkebunan kopi menjadi pendorong utama peningkatan produksi tersebut.

Berikut 10 provinsi penghasil kopi terbanyak 10 tahun terakhir periode 2014-2023

– Sumatra Selatan 1.733.6 ton

– Lampung 1.110.7 ton

– Sumatra Utara 724.6 ton

– Aceh 663.5 ton

– Bengkulu 591.9 ton

– Jawa Timur 557.4

– Sulawesi Selatan 321,6 ribu ton

– Nusa Tenggara Timur 235,1 ribu ton

– Jawa Tengah

– Sumatra Barat

Lampung menempati posisi kedua dengan total produksi 1.110,7 ribu ton selama periode yang sama. Meskipun demikian, produksi kopi di Lampung cenderung stabil dengan fluktuasi yang tidak terlalu signifikan.

Pada 2015 hingga 2016, produksi kopi di provinsi ini menunjukkan peningkatan, namun sempat mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya.

Penurunan ini dapat diatributkan pada perubahan pola cuaca dan serangan hama, yang menjadi tantangan bagi para petani kopi di wilayah ini.

Provinsi Sumatra Utara, Aceh, dan Sumatra Barat juga berkontribusi signifikan terhadap produksi kopi nasional, masing-masing dengan total produksi sebesar 724,6 ribu ton, 663,5 ribu ton, dan 205,7 ribu ton selama dekade terakhir.

Produksi di Sumatra Utara dan Aceh mengalami tren kenaikan yang stabil, didorong oleh peningkatan permintaan kopi arabika yang berkualitas tinggi. Namun, di Sumatra Barat, terjadi penurunan produksi yang cukup drastis, terutama sejak 2017, akibat alih fungsi lahan dan penurunan minat petani muda untuk menanam kopi.

Jawa Timur dan Bengkulu juga termasuk dalam daftar provinsi utama penghasil kopi dengan total produksi masing-masing sebesar 557,4 ribu ton dan 591,9 ribu ton. Kopi dari daerah Bondowoso dan Ijen di Jawa Timur terkenal dengan kopi Arabika Ijen Raung.

Kopi ini memiliki keunikan rasa dengan sentuhan rempah dan rasa manis alami, hasil dari tanah vulkanik subur di daerah tersebut. Selain itu, Bondowoso memiliki julukan “Kota Kopi” karena kontribusinya yang besar dalam produksi kopi nasional.

Namun, Jawa Timur dan Bengkulu menghadapi tantangan dalam menjaga kestabilan produksi. Di Jawa Timur, produksi kopi sempat mengalami penurunan signifikan pada tahun 2019, diduga akibat dampak perubahan iklim dan peralihan lahan pertanian ke komoditas lain yang lebih menguntungkan. Sementara itu, di Bengkulu, produksi relatif stabil meskipun menghadapi masalah serupa.

Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur mencatatkan produksi kopi yang lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya, dengan total produksi masing-masing sebesar 321,6 ribu ton dan 235,1 ribu ton.

Sulawesi Selatan mengalami sedikit fluktuasi dalam produksi kopi, namun secara umum tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Di sisi lain, Nusa Tenggara Timur, meskipun secara geografis lebih menantang untuk budidaya kopi, berhasil meningkatkan produksinya selama beberapa tahun terakhir.

Dapat disimpulkan bahwa fluktuasi produksi kopi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi iklim, praktik budidaya, serta perubahan kebijakan penggunaan lahan.

Sumatra Selatan tetap menjadi pemimpin dalam industri kopi nasional, menunjukkan ketahanan dan adaptabilitas yang tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan selama dekade terakhir. []

Exit mobile version