octa vaganza

Inflasi September Capai 5,95 Persen, Lebih Rendah dari Perkiraan Pemerintah

Jakarta (Peluang) : Pemerintah memperkirakan inflasi berada di atas 6 persen. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal September 2022 ternyata tidak seburuk perkiraan sebelumnya.

Ini tercermin dari realisasi angka inflasi September 2022 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 5,95 persen secara tahunan atau year on year (yoy) atau 1,17 persen secara bulanan (month to month/mtm). 

“Sumbangan inflasi dari kenaikan harga BBM lebih kecil dari perkiraan pemerintah. Padahal pemerintah memperkirakan inflasi berada di atas 6 persen untuk yoy dan 1,38 persen mtm,” ujar Febrio dalam keterangan resminya, Rabu (5/10/2022).

Menurutnya, pemerintah terus memonitor pergerakan inflasi pasca penyesuaian harga BBM domestik sehingga dapat terkendali pada level rendah.

Di antaranya dengan mengalokasikan bantuan subsidi transportasi umum, ongkos angkut, subsidi upah, dan bantuan langsung tunai (BLT) BBM untuk menjaga daya beli masyarakat.

Selain itu, inflasi pangan terus dikendalikan untuk menjaga akses kebutuhan pangan. Peran Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) telah berhasil menjaga inflasi volatile food. Kinerja baik ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

“Hampir 40 daerah telah mampu menjaga tingkat inflasinya lebih rendah dari tingkat inflasi nasional. Meski begitu, ke depan dua tekanan inflasi yang berkaitan dengan efek musiman, khususnya musim penghujan, harus diwaspadai bersama,” ungkapnya.

Pada September 2022, inflasi pangan bergejolak (volatile food) sedikit meningkat ke angka 9,02 persen (yoy) dari data Agustus 2022 sebesar 8,93 persen.

Ini menurut Febrio, didorong oleh masih melimpahnya stok pangan hortikultura, minyak goreng, dan ikan sehingga mampu menahan inflasi naik lebih tinggi.

Angka inflasi volitile food juga didorong harga beras yang sedikit mengalami peningkatan seiring berlangsungnya musim tanam. Pada sisi lain, deflasi pada bawang merah dan cabai merah berkontribusi pada terjaganya inflasi volatile food.

Selanjutnya, inflasi inti (core inflation) pada September 2022 meningkat pada level yang moderat sebesar 3,21 persen atau sedikit naik dari Agustus 3,04 persen (yoy).

Kenaikan inflasi inti terjadi pada hampir seluruh kelompok barang dan jasa, seperti sandang, layanan perumahan, pendidikan, rekreasi, dan penyediaan makanan dan minuman/restoran.

“Kenaikan inflasi inti mencerminkan peningkatan permintaan domestik secara keseluruhan sejalan dengan membaiknya kondisi pandemi Covid-19,” jelasnya.

Inflasi harga diatur pemerintah (administered price) pada September 2022 meningkat menjadi 13,28 persen atau meningkat dari data Agustus 2022 sebesar 6,84 persen. 

Ini didorong oleh penyesuaian harga BBM (bensin dan solar). Sebagai rambatannya, terjadi kenaikan pada tarif angkutan umum, baik transportasi daring, bus Antar Kota Antar Provinsi/AKAP, maupun Angkutan Antarkota Dalam Provinsi (AKDP).

Pemerintah menurut Febrio akan melakukan berbagai langkah mitigasi untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi komoditas pangan agar inflasi pangan tetap terkendali. 

Di antaranya melalui anggaran ketahanan pangan dan anggaran infrastruktur untuk memperlancar penyediaan pangan yang mudah dan terjangkau akan terus diperkuat.

“Dana Isentif Daerah (DID) yang diberikan kepada pemerintah daerah juga terbukti efektif mendorong daerah untuk lebih bekerja keras lagi dalam pengendalian inflasi di wilayahnya,” pungkas Febrio.

Exit mobile version