JAKARTA—Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional mencatat inflasi di Indonesia selama Mei mencapai 0,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,87.
Angka ini nyaris sebangun dengan inflasi April yaitu 0,08, rendah. Kepala BPS Suhariyanto mengakui inflasi beberapa negara mengalami perlambatan bahkan mengalami deflasi karena beberapa sebab. Salah satunya Covid-19.
“Inflasi ini sangat jauh dibandingkan Idul Fitri tahun lalu sebesar 0,50 persen. Situasi tahun ini tidak biasa, Covid-19 banyak kejadian, sehingga pola inflasi tidak biasa berbeda jauh dengan inflasi sebelumnya,” ujar Suhariyanto saat video conference, Selasa (2/6/20).
Padahal biasanya inflasi yang terjadi pada Ramadan dan Idulfitri selalu mengalami peningkatan akibat tingginya permintaan masyarakat.
“Biasanya kalau Ramadan dan Idulfitri itu permintaan meningkat karena berbagai kebutuhan, sehingga inflasinya tinggi. Tapi saat ini tidak terjadi karena memang situasinya tidak biasa,” kata dia.
Menurut catatan BPS, dari 90 kota IHK, 67 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,20 persen dengan IHK sebesar 104,57 dan terendah terjadi di Tanjung Pinang, Bogor, dan Madiun masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 102,62; 105,94; dan 103,20.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Luwuk sebesar 0,39 persen dengan IHK sebesar 106,41 dan terendah terjadi di Manado sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 104,63.
BPS mengungkapkan, inflasi terjadi karena kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.
Sumbangan terbesar berasal dari kelompok transportasi sebesar 0,10 persen, disusul kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar minus 0,08 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Mei) 2020 sebesar 0,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019) sebesar 2,19 persen.