octa vaganza

Industri Olahan Kopi Ekspor 4,82 Ton Ke Tiongkok

JAKARTA—-Industri terkait pertanian makin kedigayaannya pada masa pandemi Covid-19.  Di antaranya industri pengolahan kopi yang mampu menunjukan daya saingnya di pasar global. Volume ekspor Indonesia sejak Januari hingga April 2020 mencapai 158,70 ton, tumbuh 1,34 persen.

Kini ekspor industri pengolahan kopi bertambah. PT UCC Victo Oro Prima berhasil mengekspor roasted coffee beans dengan tiga varian kopi, yakni kintamani blendjava blend, dan Toraja blend dengan total volume sebesar 4,82 ton.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim melepas  kontainer berisi produk kopi olahan perusahaan tersebut ke Tiongkok yang digelar di Kawasan Industri Bogorindo, Sentul, Jawa Barat, Selasa (18/8/20).

“Semoga hal ini dapat memotivasi perusahan kopi olahan lainnya untuk lebih gencar memasarkan produknya ke pasar dalam maupun luar negeri,” ujar Abdul Rochim.

Rochim mengemukakan, industri pengolahan kopi nasional tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, akan tetapi juga dikenal sebagai pemain global.

“Pada 2019, ekspor produk kopi olahan memberikan sumbangan pemasukan devisa sebesar 610,89 juta dolar AS,” ungkapnya.

Sebagai catatan pada 2018 produk olahan kopi mencapai 580, juta dolar AS dan  2017 mencapai  469,4 juta dolar AS.

Capaian positif tersebut tidak terlepas dari potensi Indonesia sebagai negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia, setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia, dengan produksi rata-rata sekitar 773 ribu ton per tahun atau 8% dari produksi kopi dunia.

Pada Januari-Juni 2020, di masa pandemi Covid-19, neraca perdagangan produk kopi olahan nasional masih mengalami surplus sebesar 211,05 Juta dolar AS.

“Saat ini, ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi olahan berbasis kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke sejumlah negara tujuan utamanya seperti di kawasan Asean, Tiongkok dan Uni Emirat Arab,” jelas Abdul Rochim.

Guna meningkatkan daya saing produk kopi olahan Indonesia, Kemenperin terus aktif mendorong pengembangan sektor industrinya melalui penerapan berbagai kebijakan strategis. Misalnya, berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia seperti barista, roaster, dan penguji cita rasa (cupper).

Selanjutnya, peningkatan nilai tambah biji kopi di dalam negeri, dan peningkatan mutu kopi olahan utamanya kopi sangrai (roasted bean) melalui penguasaan teknologi roasting, pengembangan standar produk (SNI) dan standar kompetensi kerja (SKKNI).

Rochim optimistis, Indonesia akan terus menjadi eksportir utama produk kopi olahan karena didukung pula dengan maraknya gaya hidup minum kopi di dunia.

“Selain itu, Indonesia yang tadinya dikenal sebagai produsen kopi, juga dikenal sebagai negara konsumen kopi,” ujarnya.

Exit mobile version