hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Industri Minuman Sumbang PDB 2,01 Persen

JAKARTA—Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan industri minuman pada semester I/2019 tumbuh sebesar 22,74% secara tahunan. Sektor ini juga memberikan Adapun, kontribusi sebesar 2,01% terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim mengatakan pihaknya bertekad untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di dalam negeri. Adapun, realisasi investasi pada industri minuman di dalam negeri mencapai sekitar Rp2,4 triliun.

“Pertumbuhan [industri] minuman sendiri kan besar 22% kan. Mudah-mudahan tidak berubah [sampai akhir tahun],” ujar Rochim dalam keterangan tertulis, Kamis (3/10/19).

Rinciannya, industri minuman menyumbang sekitar 7,15% dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan 9,98% dari penanaman modal asing (PMA) pada industri makanan dan minuman (mamin) pada semester I/2019.

Bahkan industri ini mampu menyerap PMDN senilai Rp20 triliun dan PMA sejumlah US$687,91 juta. Adapun, PMDN yang terserap pada industri minuman adalah Rp1,43 triliun, sedangkan PMA senilai US$68,72 juta.

Meskipun demikian industri minuman ringan pada medio kuartal III/2019 turun tipis 0,7% disebabkan penurunan penjualan pada pasar tradisional. Walaupun penjualan pada peritel dan pasar modern mengalami peningkatan, pasar tradisional memiliki pangsa terbesar pada industri minuman ringan.

Rochim menyebut pemutusan kontrak bisnis antara Pepsi Incorporated dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. tidak berdampak signifikan terhadap portofolio industri minuman nasional.

“Keluarnya pabrikan minuman biru tersebut bukan dikarenakan iklim bisnis lokal yang tidak kondusif,” ucap dia.

Rochim mengatakan pihaknya akan tetap memfasilitasi masalah serupa untuk dicarikan jalan keluarnya. Rochim berharap Pepsi dapat kembali berproduksi di dalam negeri untuk menambah variasi minuman ringan nasional.

pasang iklan di sini