Peluang News, Jakarta – Indonesia dan Turki sepakat meningkatkan kerja sama dalam berbagai sektor di bidang ekonomi. Kesepakatan peningkatan kerja sama itu dicapai disela-sela pertemuan bilateral antara Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan yang berlangsung pada Jumat (11/4).
Peningkatan kerja sama itu dinisiasi dalam Pertemuan yang diselenggarakan oleh KADIN Indonesia dan The Foreign Economic Relations Board of Turkey (DEIK) yang dihadiri lebih dari 50 pemimpin bisnis kedua negara mewakili berbagai sektor usaha, seperti pertahanan, teknologi, konstruksi, infrastruktur, energi, industri kesehatan, farmasi, manufaktur, pendidikan vokasi, dan pengembangan SDM.
“Indonesia dan Turki perlu memperkuat kerja sama ekonomi serta melihat potensi yang masih sangat besar antara kedua negara, di tengah ketidakpastian global dan tren proteksionisme yang baru saja dilakukan oleh Amerika Serikat,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melalui keterangan pers yang dirilis Kantor Menko Perekonomian, Jumat (11/4).
Airlangga mengatakan Indonesia dan Turki memiliki fundamental ekonomi relatif stabil dengan konsumsi domestik cukup tinggi. Tahun 2025 ini menandai 75 tahun kerja sama bilateral Indonesia dan Turki, untuk itu kerja sama tahap lanjutan menjadi suatu keharusan bagi kedua negara.
Perdagangan kedua negara pada 2024 sekitar USD2,4 miliar, dan ditargetkan oleh kedua Kepala Negara untuk mencapai hingga USD10 miliar. Untuk itu, percepatan dan implementasi dari limited preferential trade agreement menjadi suatu keharusan. Melalui perjanjian perdagangan ini, kedua negara dapat fokus pada beberapa produk utama untuk dibebaskan, baik secara tarif maupun non-tarif, dengan waktu negosiasi yang relatif lebih cepat.
Deputi Menteri Perdagangan Turki Ozgur Volkan Agar mengatakan Turki melihat Indonesia sebagai mitra utama dan hub bagi perdagangan di kawasan ASEAN.
Turki telah memiliki kerja sama perdagangan bebas dengan Malaysia dan Vietnam sehingga sudah menjadi keharusan bahwa limited preferential trade agreement segera diselesaikan, sejalan dengan mandat kedua negara. Di sisi lain, Indonesia juga dapat melihat Turki sebagai hub untuk masuk pada pasar Uni Eropa dan mendukung percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-Uni Eropa CEPA.
“Ada potensi produk pertanian Turki untuk bisa masuk ke pasar Indonesia, dan sebaliknya Turki juga terbuka terhadap ekspor produk pertanian dan kehutanan Indonesia ke pasar Turki,” jelas Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Ibrahim Yukmali.
Produk-produk tersebut dapat menjadi bahan baku bagi industri makanan-minuman serta sektor industri kerajinan di Turki sehingga dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara. Pihaknya menekankan bahwa proteksionisme perdagangan yang saat ini dilakukan beberapa negara di dunia justru akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan negara-negara utama dunia.