Peluang News, Jakarta – Dalam rangka memperkuat sistem kesehatan nasional, Yayasan Jantung Indonesia (YJI), Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), dan Indonesia Health Development Center (IHDC) menggelar audiensi strategis dengan Menteri Kesehatan Swedia H.E. Acko Ankarberg Johansson dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia H.E. Daniel Blockert. Pertemuan ini berlangsung di kantor Business Sweden Indonesia.
Audiensi tersebut berfokus pada tantangan sistem kesehatan Indonesia dalam menangani penyakit tidak menular (PTM), terutama penyakit jantung dan kanker yang merupakan penyebab kematian tertinggi di tanah air.
“Sebagai organisasi yang telah berkecimpung selama 43 tahun dalam pencegahan penyakit kardiovaskular, kami terus berkomitmen melindungi kesehatan jantung masyarakat Indonesia,” kata Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia, Annisa Pohan Yudhoyono, dalam keterangan resminya,(30/5/2025).
Ia menjelaskan bahwa per Mei 2025, YJI melalui 155 cabang di seluruh Indonesia telah membantu 2.412 pasien Penyakit Jantung Bawaan (PJB) dari keluarga pra-sejahtera.
“Kami percaya kolaborasi lintas sektor dan negara seperti ini akan mempercepat tercapainya target kesehatan nasional,” tegas Annisa.
Dalam diskusi tersebut, YJI menyoroti tiga tantangan utama yang masih dihadapi Indonesia. Pertama, beban ekonomi yang tinggi akibat penyakit kardiovaskular. Kedua, kesenjangan akses layanan kesehatan, terutama untuk deteksi dini PJB dan penyakit jantung rematik (RHD) di daerah terpencil. Ketiga, minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan, termasuk masih kuatnya mitos bahwa PJB hanya terjadi pada anak-anak.
Lebih lanjut, Annisa menilai bahwa Swedia merupakan mitra potensial dalam memperkuat sistem kesehatan Indonesia.
“Kami melihat peluang besar untuk membangun kapasitas tenaga medis melalui pelatihan dan pertukaran pengetahuan, serta mendorong inovasi teknologi kesehatan seperti e-health dan alat diagnostik yang terjangkau,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa penguatan pusat data nasional untuk penyakit kardiovaskular menjadi hal yang penting untuk mendukung kebijakan kesehatan berbasis bukti.
“Kami berharap melalui kemitraan dengan Swedia, yang memiliki sistem kesehatan preventif dan teknologi digital yang maju, kita dapat mempercepat pencapaian target-target kesehatan Indonesia,” ungkap Annisa.
Di akhir audiensi, YJI mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah Swedia, untuk beraksi bersama. “Mari kita tingkatkan akses layanan kesehatan jantung di daerah tertinggal, perkuat edukasi pencegahan melalui pendekatan komunitas, dan dukung riset serta inovasi berbasis data,” ajaknya.