Transaksi senilai ratusan triliun dibukukan oleh perusahaan-perusahaan perdagangan elektronik lokal dan asing setiap tahun. Ini menandakan tingginya permintaan pasar domestik terhadap perdagangan digital.
10 tahun silam, perdagangan elektronik (e-commerce) di Tanah Air masih dipandang sebelah mata. Namun sejalan dengan perkembangan digitalisasi, kini pertumbuhannya terbilang eksponensial. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 265 juta jiwa dan didukung daya beli yang terjaga, Indonesia benar-benar menjadi pasar yang menggiurkan. Tidak saja bagi startup e-commerce lokal, tetapi juga pemain global.
Seperti yang ditunjukkan Shopee, e-commerce asal Singapura. Pada tahun lalu, pasar Indonesia berkontribusi sebesar 40% terhadap total volume transaksi atau gross merchandise value (GMV) Shopee global senilai USD10,2 miliar. Artinya konsumen Indonesia menyumbang USD4 miliar atau sekitar Rp56 triliun terhadap total omzet Shopee.
Pada tahun ini, diperkirakan GMV akan lebih tinggi dibanding tahun lalu. Ini terlihat sampai pertengahan tahun, GMV Shopee menyentuh angka USD7,3 miliar, tumbuh 78,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 4,1 miliar.
Besarnya kontribusi pasar domestik juga terlihat dari masuknya 2 perusahaan e-commerce lokal dalam jajaran unicorn. Hasil riset dari Hurun Research Institute menempatkan Tokopedia dan Bukalapak sebagai startup unicorn (valuasi USD1 miliar). Selain 2 perusahaan tersebut ada pula OVO dan Traveloka. Sedangkan Gojek masuk dalam decacorn (valuasi USD10 miliar).
Sekadar informasi, valuasi merupakan nilai ekonomi dari sebuah bisnis. Artinya, jika sebuah perusahaan mempunyai valuasi Rp14 triliun, maka siapa pun yang ingin mengakuisisi penuh perusahaan tersebut harus mempersiapkan uang minimal Rp14 triliun. Angka valuasi ini biasanya juga dijadikan acuan untuk mengukur seberapa besar potensi bisnis sebuah perusahaan.
Senada dengan Shopee, konsumen domestik juga menunjang kinerja Tokopedia. GMV Tokopedia pada tahun lalu sebesar Rp73 triliun, setara dengan PDB 0,5%. “Tahun ini GMV diperkirakan tembus Rp222 triliun,” ujar CEO Tokopedia, William Tanuwijaya pada sebuah acara di Jakarta beberapa waktu lalu.
Jika target
GMV Rp222 triliun tercapai, berarti kontribusinya terhadap produk domestik
bruto (PDB) sebesar 1,5%. Dari pencapaian tersebut, Tokopedia yang telah
berdiri satu dekade itu, berharap bisa menyumbang PDB sebesar 5%- 10% dalam 10
tahun mendatang.
Saat ini, sudah ada 90 juta pengguna aktif yang mengunjungi Tokopedia setiap
bulannya. Artinya 1 dari 3 masyarakat Indonesia sudah mengakses Tokopedia.
Sementara e-commerce Bukalapak, membukukan GMV senilai US$5 miliar atau sekitar Rp71 triliun pada paruh pertama 2019. Bukalapak juga mencatatkan lebih dari dua juta transaksi dalam sehari di platformnya.
Bukalapak mengklaim telah berhasil menarik 2 juta Mitra Bukalapak untuk hadir di 477 kota dan kabupaten di Indonesia. Rata-rata jumlah pelanggan Warung Mitra diklaim dua kali lebih banyak dari pengunjung toko di pusat perbelanjaan.
Perusahaan e-commerce Blibli.com menargetkan, GMV dapat tumbuh lebih dari dua kali lipat pada tahun ini. Jumlah pesanan pun diperkirakan tumbuh 3,5 kali lipat. Salah satu caranya dengan menyediakan beragam layanan. “Kami, average shopping cart bisa dibilang paling tinggi di Indonesia. Tapi tahun ini kami mau memperbanyak jumlah order,” kata CEO Blibli.com Kusumo Martanto saat konferensi pers ulang tahun Blibli ke-8 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dari sisi kategori produk, penjualan keperluan rumah tangga tumbuh 200%. Lalu, transaksi untuk produk kamera naik 160% dan wisata 100%. Sedangkan produk digital, kesehatan dan kecantikan masing-masing tumbuh 110%. “Keseluruhan, pertumbuhan setiap kategori dan GMV naik lebih dari dua kali lipat,” katanya.
Blibli.com menyebut pengguna aktif bulanan mencapai 15 juta sampai 20 juta konsumen. Bahkan, ada satu waktu jumlah kunjungan mencapai 60 juta per bulan. Secara total, Blibli.com sudah menggaet 6 ribu mitra retail untuk berjualan di platform-nya.
Kontribusi
E-Commerce Terhadap Perekonomian
Riset yang dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) di 2019 menyebutkan e-commerce berdampak positif terhadap perekonomian.
Dalam hal ini, LPEM FEB UI melakukan riset terhadap Tokopedia. Hasil riset diumumkan dalam diskusi publik bertema ‘Dampak Tokopedia terhadap Perekonomian Indonesia’ pada pertengahan Oktober lalu.
Wakil Direktur LPEM FEB UI, Kiki Verico menjelaskan, dari hasil risetnya populasi pengguna Tokopedia menyatakan bahwa Tokopedia membuat harga 21% lebih murah. “Tidak hanya itu, Tokopedia juga membuat 79% pembeli menjadi lebih paham tentang produk investasi digital,” ungkap Kiki. Hasil riset juga menyebutkan, pada 2019, populasi penjual Tokopedia naik menjadi 6,4 juta. Para penjual sebesar 86,55% merupakan pedagang baru dan 94% termasuk dalam kategori ultra mikro (penjualan dengan omzet di bawah Rp100 juta per tahun).