hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Berita  

Indonesia Menuju Kedaulatan Pangan

Peluang News, Jakarta-Untuk pertama kalinya sejak Perum Bulog didirikan pada tahun 1969, cadangan beras pemerintah (CBP) berhasil menembus angka 4 juta ton. Capaian ini tidak hanya mencerminkan ketahanan pangan nasional yang semakin kokoh, tetapi juga mengukuhkan posisi Indonesia di tengah sistem pangan global.

“Kita tidak lagi hanya bicara swasembada, tapi sudah bicara kedaulatan,” tegas Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam pernyataannya, Sabtu (31/5/2025). “Dengan angka serapan seperti ini, Indonesia secara tidak langsung siap mengambil peran lebih besar dalam sistem pangan dunia.”

Lonjakan cadangan beras ini terjadi di tengah berbagai tantangan global, seperti perubahan iklim, krisis geopolitik, dan gangguan rantai pasok internasional. Namun Indonesia berhasil menunjukkan ketangguhan lewat peningkatan produksi dan kebijakan strategis yang dijalankan.

Mentan Amran menyebut bahwa capaian ini merupakan hasil nyata dari keberpihakan pemerintah terhadap sektor pertanian. “Keberhasilan ini sepenuhnya berasal dari panen petani kita sendiri, tanpa campur tangan impor sama sekali. Masyarakat harus menyadari bahwa pencapaian ini merupakan buah kerja keras petani dan dukungan kebijakan pemerintah yang pro-rakyat,” ujarnya.

Sejak Januari hingga Mei 2025, Bulog telah menyerap 2,429 juta ton beras dari dalam negeri. “Dulu, angka seperti ini baru tercapai dalam waktu satu tahun. Sekarang, kita sudah mencapainya hanya dalam lima bulan. Ini bukan sekadar progres, tapi lompatan besar,” kata Mentan.

Produksi beras nasional juga mengalami peningkatan signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume produksi mencapai 16,55 juta ton pada periode Januari–Mei 2025. Ini merupakan kenaikan 11,95 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Tak hanya itu, laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan produksi beras Indonesia akan mencapai 34,6 juta ton untuk musim tanam 2024/2025—angka tertinggi di kawasan ASEAN, bahkan melampaui Thailand dan Vietnam.

Menurut Mentan Amran, capaian ini tidak lepas dari kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang meningkatkan kuota pupuk bersubsidi hingga dua kali lipat, mereformasi sistem distribusi pupuk, serta menetapkan harga gabah petani di angka Rp6.500 per kilogram. “Kebijakan ini memberi kepastian dan insentif bagi petani untuk terus meningkatkan produksinya,” jelas Amran.

Dampak positif kebijakan ini juga tercermin dalam kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional. “Sektor pertanian menyumbang 10,52 persen terhadap PDB pada triwulan I 2025. Ini angka tertinggi sepanjang sejarah,” ungkap Mentan.

Capaian Indonesia juga menarik perhatian negara lain. Sejumlah Menteri Pertanian dari Malaysia, Jepang, hingga Chile telah berkunjung ke Indonesia untuk melihat langsung strategi yang dijalankan.

“Kita juga ingin belajar dari Indonesia bagaimana mereka bisa berjaya dalam memproduksi beras sehingga saat ini beras Indonesia berlimpah,” ujar Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia, Datuk Seri Mohammad Bin Sabu, saat berkunjung ke Kantor Pusat Kementan akhir April lalu.

Potensi ekspor beras pun terbuka lebar. “Kami terima laporan B2B bertandatangan meminta 24 ribu ton ke Malaysia. Mereka sudah tandatangan, tapi nanti kita lihat ke depan,” kata Mentan Amran.

Dengan pencapaian ini, Indonesia disebut semakin siap melangkah menuju kedaulatan pangan sejati, tidak hanya sekadar swasembada. “Ini adalah bukti bahwa kita tidak hanya bertahan, tapi juga melangkah maju. Dan kita melangkah dengan dasar yang kokoh: produksi sendiri, dari petani kita sendiri,” tutup Amran.

pasang iklan di sini