Berita  

Indonesia-Jepang Kolaborasi Riset Bioproduksi

Sumber: BSKDN Kemendagri

Peluang News, Jakarta —  Indonesia dan Jepang sepakat melakukan kerja sama riset di bidang bioproduksi. Kolaborasi ini bertujuan memperkuat kemitraan riset sekaligus membuka peluang pendanaan bagi periset di kedua negara.

Kerja sama riset tersebut melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Japan Science and Technology Agency (JST).

Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi – Badan Riset dan Inovasi Nasional Agus Haryono mengatakan kolaborasi riset ini diharapkan dapat meningkatkan jejaring riset dan memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang.

“Selama ini kedua negara telah menjadi partner riset yang penting,” ujarnya melalui keterangan pers yang dilansir BRIN, Kamis (20/3).

Kedua institusi telah menggelar Joint Webinar sehari sebelumnya sebagai rangkaian dari kerja sama riset.

Agus menjelaskan webinar tersebut merupakan bagian dari kerja sama BRIN dan JST dalam menginisiasi program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Kolaborasi Internasional – JST 2025. Program ini bertujuan menjaring proposal riset kolaboratif untuk mempercepat inovasi dan memperkuat ekosistem riset di kedua negara.

Skema tersebut, lanjutnya, didanai oleh Dana Abadi Penelitian yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan co-funding dengan pendanaan yang berasal dari JST Jepang.

“Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung riset inovatif yang berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kedua negara.”

Dalam kerja sama tersebut, fokus riset mencakup bidang bioproduksi. Bioproduksi merupakan proses komprehensif untuk penelitian mendasar menjadi pengembangan dan manufaktur produk biologis inovatif yang efisien.

Menurut Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN, Raden Arthur Ario Lelono, terdapat tiga subtopik dalam kolaborasi ini. Topik pertama adalah bioproduction of engineered protein or enzyme, yang berfokus pada desain, optimisasi, dan produksi protein atau enzim dengan meningkatkan fungsional kebaruan melalui rekayasa genetika.

Topik kedua yaitu bioproduction of engineered metabolites, yang berkaitan dengan biohistamin molekul bernilai tinggi (metabolites) melalui rekayasa metabolik mikroorganisme atau cell factories. Topik ketiga adalah bioproduction of engineered cell and tissue yang menggali tentang pembentukan rekayasa sel dan jaring untuk berbagai kebutuhan.

Arthur menjelaskan terdapat berbagai kriteria untuk memperoleh pendanaan riset kolaborasi ini, antara lain validitas rencana penelitian, feasibilitas implementasi baik secara sarana dan prasarana, adanya efek sinergi kolaborasi internasional, adanya hasil saintifik, kapabilitas pemimpin riset, dan adanya dampak ekonomi dan sosial dari penelitian tersebut.

Perwakilan Japan Science and Technology Agency Eriko Kishida berharap kolaborasi tersebut akan memberikan keuntungan kedua negara dalam meningkatkan bioekonomi dengan meningkatkan riset terkait bioproduksi.

Exit mobile version