Peluang News, Jakarta – Indonesia belum resmi bergabung sebagai anggota BRICS, kendati telah menyampaikan minat untuk bergabung ke dalam blok ekonomi tersebut.
Penegasan ini disampaikan Menteri Perdagangan Budi Santoso dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Komplek Senayan, Jakarta, Rabu (20/11/2024).
“Posisi Indonesia masih sebagai observer dan belum melakukan proses aksesi (bergabung secara resmi) untuk menjadi anggota BRICS,” ungkap Mendag Budi
BRICS merupakan kelompok negara yang didirikan pada 2006. Blok ekonomi tersebut saat ini beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab.
Mendag Budi Santoso mengatakan kerja sama BRICS memang tidak memiliki skema perjanjian penurunan tarif secara multilateral, namun Indonesia terus berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi bilateral dengan negara-negara anggota BRICS melalui berbagai perjanjian dagang yang telah dan akan ditandatangani.
Budi menyebut hingga saat ini Indonesia sudah memiliki perjanjian dagang dengan India melalui ASEAN-India Free Trade Agreement. Kemudian dengan China melalui ASEAN-China Free Trade Agreement.
Indonesia juga masih dalam proses finalisasi perjanjian dagang dengan negara-negara Eurasia seperti Rusia, Belarusia, Armenia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan melalui perjanjian Eurasia-CEPA, Mendag Budi Santoso, berharap finalisasainya dapat selesai dalam dua bulan ke depan.
Secara keseluruhan, Budi mengatakan Indonesia telah memiliki 11 perjanjian bilateral, 17 perjanjian masih dalam tahap negosiasi, 13 lagi dalam tahap awal penjajakan, dan 27 perjanjian lainnya sedang dalam proses untuk dapat diberlakukan secara resmi.
Indonesia secara resmi telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS pada KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, 23-24 Oktober lalu.
Menteri Luar Negeri RI Sugiono menyatakan prioritas BRICS selaras dengan program kerja pemerintah Indonesia, antara lain ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan, dan pemajuan sumber daya alam. (Aji)