JAKARTA—Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ke III 2018 mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal ke II.
Hal itu disebabkan terdapat beberapa tantangan seperti penurunan harga komoditas perkebunan seperti sawit dan karet berpengaruh terhadap kinerja ekspor yang cuma tumbuh 7,52% year over year (yoy). Kemudian kinerja konsumsi rumah tangga stagnan di 5,01%.
“Konsumsi ini perlu jadi perhatian utama karena porsinya 55,26% menurun dibanding kuartal ke III 2017 yakni 55,73%. Padahal di Kuartal ke III ada momentum Asian Games ternyata daya dorong ke konsumsinya tidak besar dan hanya berefek lokal di Jakarta dan Palembang,” ujar Bhima dalam perbincangan dengan Peluang, Senin (5/11/2018).
Untuk itu Bhima menganjurkan, Pemerintah harus segera cari solusi terhadap kepercayaan konsumen ditengah naiknya bunga kredit, pelemahan kurs rupiah dan tekanan harga BBM non subsidi. Masyarakat hrus kembali konsumsi shingga ekonomi tumbuh lebih tinggi lagi.
“Impor juga menggerus pertumbuhan ekonomi. Bisa dicek bahwa pertumbuhan impor 14,06% dengan porsi yang makin besar naik dari 18,84% di kuartal III 2017 jadi 22,81% di Kuartal ke III 2018. Ini kan tidak sehat karena kita semakin bergantung pada barang impor,” papar Bhima.
Sementara lanjut dia, ari sisi lapangan usaha yang harus jadi perhatian adalah industri pengolahan yg tumbuhnya hanya 4,33% (yoy).
“Share manufaktur anjlok ke 19,33% terhadap PDB. Ini kita perlu bertanya kok sudah banyak paket kebijakan sampai berjilid jilid industri manufakturnya merosot terus? Kemudian pemerintah mau loncat ke industri 4.0. Kayaknya masih mimpi itu,” ungkap dia heran.
Sektor pertanian juga tidak berkembang. Pertumbuhan hanya 3,62% dengan porsi turun ke 13,5% terhadap PDB. “Bagaimana pertanian kita mau berkembang jika terus terusan dibanjiri impor dengan data kementerian pertanian yang tidak kredibel?” cetus Bhima.
Menurut Bhima kesimpulannya pertumbuhan ekonomi di Kuartal III 2018 secara nominal diatas ekspektasi tapi kualitasnya rendah. Dia sendiri pernah memprediksi pertumbuhan eknomi Indonesia kuartal ke III 2018 hanya 5,05%.
Sementara pada kesempatan yang berbeda Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya 5,06 persen.
“Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal III 2017 sebesar 5,06 persen,” ungkap Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (5/11/2018).
Dikatakannya, meski lebih tinggi jika dibandingkan periode sama 2017, angka ini lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 yang tercatat 5,27 persen.
“Kita masih punya satu triwulan lagi hingga akhir tahun. Kalau itu bagus kami harap pertumbuhan ekonomi secara tahunan bagus,” pungkasnya (Irvan Sjafari).