MATARAM—-Hingga sepuluh tahun yang lalu belum ada yang menjual anggrek di pulau Lombok. Padahal sebagai sebuah kawasan destinasi wisata daerah ini menjadi pasar potensial. Bersama dengan Sang Suami, Indah Trisnawati melihat peluang ini.
Awalnya mereka dengan seorang teman menjadi pemodal mendirikan Lombok Orchid pada 30 Mei 2010. Sayangnya, suami istri ini masih setengah-setengah menjalankan bisnis ini dan merasa mendapatkan penghasilan tetap dari kantor dan masih buta manajemen usaha.
“Akhirnya pemodal meminta kembali uangnya Rp68, 5 juta dengan cara kami cicil. Semua tabungan ludes. Bahkan masih berusaha cari pinjaman ke saudara atau bank. Namun usaha menjadi milik kami,” kenang Indah kepada Peluang Online, melalui pesan WA, Minggu (10/5/20).
Mereka belajar dr toko bunga yang sudah ada dan melengkapi apa kekurangannya. Para pedagang sebelumnya masih sangat terbatas dan mereka hanya berjualan offline tanpa memasarkan ke media sosial.
“Awalnya kami kurang dekat dengan pelanggan, sharing perawatan anggrek. Sekedar menjual tanpa tanpa menghadirkan solusi perawatan, Dan produknya kurang bervariasi,” jelas Indah.
Usaha ini sempat jatuh pada 2015, karena kurangnya manajemen yang baik. Hutang tambah banyak dan persediaan (barang yang bisa dijual) pun tidak ada.
“Saya mulai mengikuti pelatihan-pelatihan baik dinas koperasi dan umum, seperti Yayasan Darma Bakti Astra, Google, program wirausaha BI, Prowomen dari rumah energi dan platform usaha sosial,” tutur Indah.
Indah memutuskan tidak mau tutup, karena meyakini usaha ini menghasilkan hanya tidak tahu caranya. Sementara Sang Suami masih mengejar karir dan Indah benar-benar merantau sendiri menjalankan bisnis anggreknya. Dia mempraktikan ilmu yang telah dia pelajari dari pelatihan.
“Kami memulai dari awal lagi. Kami pindah kebun di Jalan Dakota, Mataramdengan luas kebun 10 are, dengan penataan yang mmbuat pembeli nyaman, membuat SOP, job desk, perencanaan keuangan, hingga digital marketing,” ungkap perempuan asal Sragen, Jawa Tengah ini.
Setelah usahanya tampak hasilnya. Sang Suami akhirnya mengundurkan diri dari pekerjaannya dan berdua dengan Indah mengelola usaha Lombok Orchid.
Kini banyak petani supplier menaruh kepercayaan. Lombok Orchid juga melihatkan penjual media seperti arang, pot, dan perajin batok kelapa dan sebagainya. Mereka tidak hanya berjualan anggrek tetapi juga media dan peralatan yang dibutuhkan.
Para pelanggannya datang dari pencinta bunga usia 25 hingga 70 tahun. Ada pembeli untuk kebutuhan pribadi dan ada yang dijual kembali ke Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, instansi pemerintah bila ada event.
Lombok Orchid membandroll harga bibit mulai Rp25 ribu-an, anggrek remaja antara Rp45 hingga Rp75 ribu. Sementara anggrek dewasa berbunga berkisar Rp125 hingga Rp200 ribu.
“Anggrek yang dibudayakan mayoritas hanya 5 varietas. Hybrid, seperti anggrek bulan, dendro, vanda, catleya dan oncydium. Kami menyediakan dari bibit, kondisi remaja dan berbunga,” ucap dia. Saat ini Lombok Orchid mempekerjakan 3 karyawan dan melibatkan 7 petani besar.
Menurut Indah, pandemi Covid memberi dampak sekitar 30 % dari penjualan. Hal ini karena pengiriman dari luar kota menggunakan pesawat dibatasi.
“Kami tidak ingin mengambil risiko, bunga rusak selama pengiriman. Jadi kami memutuskan untuk menjual apa yang kami produksi sendiri dan suplier dari Denpasar yang relatif dekat dan risiko kecil. Hal ini untuk mencukupi kebutuhan selama Covid,” papar Indah.
Covid membuat Indah aktif di sosial media, seperti WA, Facebook, Instagram. Lombok Orchid menawarkan pembelian denga gratis ongkir. Penjualan dengan pengantaran kurir. Dan membuat pembeli nyaman dengan menyediakan tempat cuci tangan sebelum masuk ke showroom, memakai masker dan menjaga jarak.
“Alhamdulillah, justru kami belajar dari kebutuhan pembeli. Selama pandemi ini Mereka membeli byk media dan peralatan untuk digunakan merawat anggrek selama #dirumahaja,” imbuhnya.
Menurut Indah bisnis dan merawat anggrek membuatnya dekat dengan pelanggan. Mereka juga membuat kelas belajar sebelum pandemi. Sewaktu pandemi mereka memindahkan kelas ke grup WA dan menfasilitasi pelanggan untuk tanya jawab seputar anggrek, hingga membuat video tutorial.
Ke depan, Lombok Orchid bermitra dengan penduduk di ketinggian 500-1000 mdpl untuk pembungaan anggrek bulan. Bisnis ini juga akan bermitra dengan investor untuk mengembangkan dendrobium dengan media sofpot, hingga bermitra dengan customer dengan sistem titip jual.
“Petani besar memang semakin sedikit, tetapi reseller makin banyak Itu berarti kebutuhan masih ada,” tutup Indah (Irvan Sjafari).