BANDUNG—Pandemi global Covid-19 juga berimbas pada industri kosmetik dan perawatan kulit. Selain mengalami penurunan permintaan berkisar antara 30 hingga 40 persen, industri ini juga sulit mendapatkan bahan baku produk dan kemasan.
Menurut Wakil Ketua Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi) Jawa Barat (Jabar), Michael Simon, sejumlah bahan baku impor tidak bisa masuk ke Indonesia.
“Pelaku kosmetik mensiasatinya dengan mengganti bahan baku yang lain yang masih sesuai,” ujar Micahel seperti dilansir dari Pikiran Rakyat di Bandung, Jumat (17/4/20).
Michael bersyukur sampai saat ini tidak ada satu pun perusahaan kosmetik dan skin care di Jabar yang mengalami penutupan, baik sementara maupun permanen, akibat Covid-19.
Untuk mengatasi hal ini sejumlah perusahaan kosmetik mengubah strategi bisnisnya untuk menghadapi pandemi ini.
“Perkosmi Jabar selalu memberikan arahan kepada anggota untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), walaupun penjualan di tengah wabah sangat sulit,” imbuh Michael.
Strategi yang dipilih anggota Perkosmi Jabar, menurut dia, adalah merubah pola kerja dan sistem bisnis yang mereka jalankan.
Hampir seluruh anggota Perkosmi Jabar merubah sistem pengaturan jam kerja.
“Pola jam kerja dilakukan dalam dua shift sehari. Ini untuk mengurangi interaksi langsung antara sesama pegawai,” tutur Michael.
Terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah dilakukan di Bogor, Depok, dan Bekasi serta akan segera diberlakukan di wilayah Bandung Raya.
Sepengatahuan Michael industri farmasi dan kosmetik tetap diizinkan untuk beroperasi.
Sementara itu, Owner CV Skin Solution yang juga anggota Perkosmi Jabar, Rizky Ananda Musa, mengatakan, selama pandemi Covid-19 penjualan turun 30%-40%.
Sistem pemasaran dan penjualan pun mengalami perubahan, jadi mengandalkan online.
“Biasanya konsumen yang akan membuat kosmetik langsung ke pabrik. Akan tetapi, dengan adanya pandemi ini, konsumen hanya bisa melakukan konsultasi dan pemesanan melalui WA atau video call,” tutup dia.