
Peluang News, Jakarta – Imbas konflik Iran-Israel akan mempengaruhi kenaikan subsidi BBM di Indonesia hingga Rp250 triliun.
Hal ini diperhitungkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan asumsi minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) naik menjadi US$100 per barel akibat eskalasi konflik Iran-Israel, subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM) yang harus digelontorkan pemerintah mencapai Rp249,86 triliun.
“Setiap kenaikan 1 dolar Amerika Serikat (AS) per barel akan mempengaruhi kenaikan subsidi dan kompensasi energi dalam negeri. Dimana setiap kenaikan ICP US$1 per barel akan berdampak pada kenaikan subsidi energi sekitar Rp1,8 triliun dan kompensasi energi sebesar Rp5,3 triliun,” ungkap Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji dalam webinar ‘Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI’, Senin (15/4/2024).
Jka ICP diperkirakan naik sampai US$100 per barel dengan kurs rupiah Rp15.900, jelas Ariadji, maka subsidi dan kompensasi BBM naik menjadi sampai Rp250 triliun, (naik) dari yang sekarang kita asumsi di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 sekitar 161 triliun.
Selain BBM, imbas konflik Iran-Israel juga pengaruhi subsidi elpiji 3 kilogram (kg) juga akan melonjak jika ICP dipatok menjadi US$100 per barel menjadi Rp106,28 triliun, lebih tinggi dari asumsi APBN 2024 dengan Rp83,27 triliun.
“Tentunya totalnya akan sangat besar kalau kita totalkan subsidi kompensasi BBM dan elpiji,” kata Ariadji.
Kemudian, pihaknya juga menghitung bila ICP naik menjadi US$110 per barel, maka subsidi dan kompensasi BBM menjadi Rp287,24 triliun, melonjak dari asumsi APBN 2024 dengan Rp161 triliun dan subsidi elpiji 3 kg sebesar Rp116,97 triliun, naik dari asumsi APBN 2024 yang sebesar Rp83,27 triliun.
“Kalau naik ke US$110 per barel akan menjadi jauh lebih besar totalnya mungkin lebih dari Rp350 triliun,” ungkap Ariadji.
Ariadji menjelaskan bahwa sumber utama impor BBM Indonesia ialah Singapura dengan porsi 56,58%, lalu dari Malaysia dengan 26,75%, impor BBM dari India dengan 6,28% dan negara lainnya seperti Tiongkok, Oman, Korea. Sementara, Indonesia mengimpor minyak mentah dari Nigeria, Saudi Arabia, Angola dan Gabon. Sedangkan, sumber utama impor elpiji dari Amerika Serikat dan Timur Tengah.
Dampak eskalasi konflik Iran dan Israel, jelas Ariadji, berhubungan pada jalur distribusi impor minyak mentah dan gas elpiji Indonesi karena berada di wilayah Timur Tengah dan Amerika Serikat yang merupakan sekutu utama Israel.
“Untuk impor minyak mentah sebagian besar dari Saudi Arabia dan Nigeria. Tentunya ini berpengaruh ya. Lalu, impor elpiji dari Amerika. Berbagai macam cara kita antisipasi kalau terjadi eskalasi berlanjut,” ujarnya. (Aji)