HOLDING PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dibentuk berdasarkan PP No. 72/2014. Dengan penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham PT PN III (Persero) sebesar 90%. Holding dibentuk agar kompetitif dan jadi yang terdepan pada lingkup regional ASEAN.
Holding BUMN Perkebunan (intergrasi dan sinergi PTPN I s.d. XIV) diharapkan meningkatkan daya saing global (world class holding company), percepatan penciptaan nilai (creating values), peningkatan kontribusi bagi kesejahteraan, dan kemajuan bangsa, serta menguatnya profesionalitas maupun citra BUMN Perkebunan.
Di bawah kepemimpinan Elia Massa Manik, kinerja Holding semakin terpuruk. Per Desember 2016, total utang Perseroan Rp60,20 triliun. Dari total jumlah itu, 35,79 triliun utang kepada perbankan. Padahal BUMN Perkebunan memiliki peranan strategis dalam hal penyerapan tenaga kerja yang sangat besar (tenaga kerja tetap berjumlah 133.000 orang) dan pertumbuhan ekonomi daerah sekitar Perkebunan.
Hampir seluruh indikator produksi dan produktivitas menurun selama 2016. Komoditi Sawit produktivitas TBS turun menjadi 16,48 ton/ha (dari 18,08 ton/ha), CPO turun jadi 3,66 ton/Ha (dari 4,09 ton/ha, dan produktivitas inti sawit turun jadi 0,68 ton/ha (dari 0,79 ton/ha. Sedang komoditi tebu produktivitas gula milik Pabrik Gula turun jadi 2,08 ton/ha (sebelumnya 2,50 ton/ha)
Total potensi pendapatan yang hilang untuk seluruh komoditi akibat penurunan hasil produksi sekira Rp6,13 triliun. Padahal harga jual hampir seluruh komoditi Perkebunan selama tahun 2016 relatif lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Rini Soemarno selaku Menteri BUMN, berkontribusi besar terhadap penurunan kinerja Holding Perkebunan ini, dengan memilih dan mengangkat Elia Massa Manik yang bukan berlatar belakang perkebunan.