Baitul Mal wa Tamwil Nurul Ummah (BMT NU) Ngasem Bojonegoro mencetak sejarah baru dengan Grand Opening kantor terbarunya, holding BMT NU Ngasem Group. Gedung koperasi berlantai lima itu diresmikan penggunaannya oleh Sekretaris Menteri Koperasi Ahmad Zabadi, Rabu (26/2/2025) di Bojonegoro, Jawa Timur.
Layanan berbasis digitalisasi menjadi pertaruhan bagi BMT NU Ngasem Bojonegoro seiring operasional Holding Koperasi yang membawahi sejumlah unit usaha. Antara lain, unit usaha koperasi jasa, produsen, konsumen dan pembiayaan syariah (KSPPS).
Presiden Direktur BMT NU Ngasem Muhammad Wahyudi memastikan holding koperasi yang digagasnya mengusung visi menjadi pelopor koperasi modern dengan komitmen mengadopsi teknologi digital. “BMT NU Ngasem adalah satu-satunya BMT NU yang menyediakan layanan ATM 24 jam eksklusif untuk anggota. Fasilitas ini memungkinkan anggota dapat tarik tunai kapan saja, layaknya layanan perbankan,” ujar Wahyudi saat peluncuran holding dan RAT BMT NU Ngasem, Rabu (26/2/2025) di Desa Ngasem, Bojonegoro Jawa Timur.
Acara yang dipadati sekitar 600 anggota perwakilan tersebut dihadiri sejumlah kepala dinas koperasi dari 4 kabupaten, Bojonegoro, Lamongan, Tuban dan Ngawi; juga para pegiat koperasi simpan pinjam dari Forum Komunikasi Koperasi Besar Indonesia (Forkom KBI) dan Forum Koperasi Indonesia (Forkopi); antara lain Kamaruddin Batubara (BMI Group); Abdul Madjid (UGT Nusantara); Dumairi (Maslahah); Asti Aji Riyanto (Utama Karya); Purwoko (Pangestu); Frans Meroga Panggabean (Nasari); dan Sudirman Agus (Apeksyindo).
“Saya salut dengan BMT NU Ngasem yang kiprahnya tidak banyak terdengar tiba-tiba meluncurkan holding koperasi. Ini patut diapresiasi oleh koperasi lainnya,” kata Zabadi. Dia mengimbau setiap pegiat koperasi yang bergerak di sektor simpan pinjam untuk melakukan terobosan usaha melalui pemekaran usaha (spin-off). Mengapa spin-off diperlukan? Karena menurut Zabadi, bisnis koperasi seyogianya dapat memenuhi berbagai kebutuhan anggotanya. “Dengan demikian, tidak hanya melepas pembiayaan, tetapi juga memfasilitasi usaha-usaha anggota dan melakukan pendampingan,” tuturnya.
Sekunder 4 Koperasi
Pendirian Holding Koperasi di Desa Ngasem Bojonegoro, kata Wahyudi, untuk menunjukan ke masyarakat bahwa bisnis koperasi bisa besar sebagaimama halnya koperasi-koperasi di Eropa dan Amerika.
“Concern utama kami adalah pemberdayaan ekonomi umat, karena koperasi mengajarkan arti penting kebersamaan guna memperkuat kemandirian anggota,” tuturnya.
Melalui pendirian Holding Koperasi, lanjut Wahyudi, BMT NU Ngasem dapat menjadi pelopor koperasi modern yang mampu ciptakan dampak ekonomi yang luas di tengah masyarakat.
Holding ini membawahi empat koperasi, yaitu koperasi produsen, konsumen, jasa dan pembiayaan syariah. “Semua bisa, semua ada,” kata Wahyudi berpromosi. Hal itu terlihat dari sejumlah unit bisnis yang ada di gedung tersebut, seperti toko swalayan, foodcourt, tour and travel, air mineral dalam kemasan (NU Berkah), pusat kesehatan, barbershop, kolam renang, playground, dan belasan unit bisnis lain.
Wahyudi berharap pemerintah memberikan iklim berusaha yang kondusif agar koperasi-koperasi besar terus tumbuh, antara lain dengan mengafirmasi regulasi yang memihak alih-alih peraturan yang kaku dan non kompromi.
Sejak berdiri pada 2012, BMT NU Ngasem kini sudah memiliki sekitar 80 ribu anggota tersebar di 33 kantor cabang di empat kabupaten di Jatim. (Irm)