
Kementerian Pertanian (Kementan) terus mempercepat langkah strategis dalam mendorong hilirisasi sektor perkebunan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Program ini difokuskan pada pengolahan komoditas dari hulu hingga hilir agar menghasilkan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi bagi pelaku usaha di daerah.
Plt. Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Abdul Roni Angkat, menyebut hilirisasi menjadi strategi nyata yang dijalankan Kementan melalui Direktorat Jenderal Perkebunan untuk memperkuat rantai nilai dari produksi hingga pemasaran.
“Kementan memfokuskan hilirisasi pada tujuh komoditas strategis, yakni tebu, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, dan pala. Pemerintah juga menyiapkan pembiayaan melalui Anggaran Biaya Tambahan (ABT), kegiatan reguler, maupun refocusing. Dukungan ini meliputi penyediaan benih unggul, pupuk, bantuan operasional pekebun, pendampingan teknis, penguatan kelembagaan petani, hingga penyediaan sarana dan prasarana produksi,” jelas Roni pada Kamis (2/10/2025).
Ia menambahkan, hilirisasi diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan kemandirian petani sekaligus memperkuat kontribusi sektor perkebunan terhadap perekonomian nasional.
“Kita tidak boleh puas hanya menjadi lumbung dunia, tapi harus menjadi dapur dunia, tempat lahirnya produk olahan berkualitas tinggi. Dan kita memulainya sekarang,” ujarnya.
Selain meningkatkan nilai tambah, program hilirisasi juga diarahkan untuk mempercepat regenerasi pelaku usaha perkebunan. Pemerintah mendorong keterlibatan generasi muda melalui program petani milenial, penguatan UMKM berbasis desa, serta inkubasi bisnis perkebunan.
“Kita ingin anak muda menjadi CEO usaha kopi, pelaku ekspor pala, hingga inovator cokelat artisan. Hilirisasi ini adalah peluang emas bagi generasi muda untuk terjun sebagai pengusaha sekaligus motor inovasi,” kata Roni.
Selama ini Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen komoditas perkebunan terbesar di dunia, namun sebagian besar produk masih diekspor dalam bentuk mentah. Melalui hilirisasi, pemerintah mendorong transformasi besar, antara lain pengolahan kopi menjadi produk specialty, kakao menjadi cokelat premium, serta kelapa dan sawit sebagai bahan baku kosmetik dan bioenergi.
Produk perkebunan yang diolah dan dipasarkan dengan merek lokal dapat meningkatkan nilai jual hingga tiga sampai lima kali lipat, sekaligus memperluas lapangan kerja di pedesaan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan pentingnya hilirisasi agar petani tidak lagi bergantung pada ekspor bahan mentah.
“Kita tidak boleh lagi menjual bahan mentah. Saatnya petani menjadi pengusaha. Hilirisasi kopi, kakao, lada, pala, kelapa, tebu, jambu mete, sawit, hingga gambir harus kita dorong agar nilai tambahnya tinggal di desa. Dengan begitu, manfaatnya dirasakan langsung oleh petani kita, oleh bangsa kita, bukan dibawa ke luar negeri,” tegas Amran.