TANGERANG: Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) kembali menyerahkan hibah empat rumah siap huni kepada anggota maupun non anggota yang berada di wilayah operasionalnya. Penyerahan tersebut melengkapi program sosial dan peduli anggota koperasi berusia 18 tahun ini dengan total hibah sebanyak 290 unit tersebar di Kabupaten Tangerang, Lebak, Serang, Pandeglang dan Bogor.
“Untuk tahun ini, kami menargetkan penyerahan rumah siap huni gratis sebanyak 120 unit lagi, ini sebagai bukti bahwa koperasi tak sekadar bisnis simpan pinjam tertapi juga harus memuat unsur pemberdayaan,” kata Presiden Direktur Kopsyah BMI Kamaruddin Batubara. Hibah empat RSH itu diserahkan masing-masing kepada dua anggota dan non anggota Kopsyah BMI di Desa Laksana, Kampung Bojong, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Rabu (17/3). Penyerahan disaksikan oleh Menteri Koperasi UKM Teten Masduki, Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, Deputi Bidang Koperasi Ahmad Zabadi serta undangan terkait lainnya.
Dalam sambutannya Kamaruddin menyampaikan, koperasi yang dipimpinnya akan terus dikembangkan menjadi ‘rumah’ bagi kebutuhan segenap anggotanya dan juga masyarakat. Selain tetap menggalakkan program sosial, koperasi beraset Rp750 miliar ini akan menyasar sektor hulu dengan pendirian pabrik bioetanol dan juga usaha di sektor jasa. “Saat ini, usaha Kopsyah BMI yang sudah eksis adalah unit simpan pinjam dan ritel. Berikutnya adalah pendirian koperasi produsen yaitu membangun industri air mineral, pupuk hingga bioetanol dan koperasi sektor jasa. Semua unit usaha tersebut kami dirikan dengan badan hukum koperasi, bukan persero,” tukas Kamaruddin.
MASUK SEKTOR PRODUKSI
Dalam sambutannya, Menkop UKM Teten Masduki memberikan apresiasi terhadap upaya sosial yang dilakukan Kopsyah BMI. Dia setuju bahwa koperasi seyogyanya tidak hanya melakukan pemberdayaan terhadap ekonomi anggota tetapi juga melakukan berbagai terobosan usaha di sektor produksi, sehingga dapat menjadi koperasi model di Indonesia. Menurutnya, usaha koperasi tidak hanya sekadar besar tetapi juga harus memiliki karakter serta jati diri yang berbeda dengan koperasi di negara lain.
Kopsyah BMI, lanjut Teten, tidak hanya melakukan kegiatan ekonomi, melainkan juga membangun solidaritas sosial dan pemberdayaan masyarakat. “Saya kira inilah model koperasi yang ideal untuk dikembangkan di Indonesia,” ujarnya seraya menambahkan, program yang telah dijalankan Kopsyah BMI dapat menjadi contoh dan direplikasi oleh koperasi syariah lainnya.
Menyoal ide koperasi sebagai ‘rumah’ bagi segala kebutuhan anggotanya, Teten sangat sepakat dengan ide besar yang dalam istilah lain ia sebut sebagai model sirkuit ekonomi di dalam koperasi. “Kebutuhan akan rumah sakit, beras, bahan material bangunan, dan sebagainya, harusnya mampu disediakan koperasi,” kata Teten.
Dengan membangun sirkuit ekonomi koperasi multipihak tersebut, lanjut Teten, dana besar yang dimiliki anggota tidak akan lari kemana-mana. Pasalnya, KSP selama ini lebih dominan membiayai sektor perdagangan. “Namun, mayoritas pedagang kita itu juga menjual produk yang dihasilkan usaha besar,” ulasnya.
Menurut Teten, ada banyak sektor ekonomi yang bisa dimasuki bahkan direbut koperasi. Contoh, sektor kelautan dan perikanan, yang saat ini didominasi pelaku UMKM (98%).”Itu potensi besar yang belum digarap koperasi. Ada ikan tangkap, budidaya ikan, rumput laut, dan lainnya. Bahkan, banyak tempat pelelangan ikan sudah dikelola koperasi,” jelas Teten.
Di samping itu, Menkop UKM mendorong koperasi untuk masuk ke sektor produk berbasis teknologi, dengan dukungan riset dari BPPT, LIPI, dan perguruan tinggi.
“Pelaku UMKM kita tidak akan menjadi besar jika tidak masuk ke global value chain. Mengapa UMKM di Cina besar-besar, ya karena mereka mampu membuat komponen-komponen industri, hingga elektronik,” papar Teten.
Apalagi, masih kata Teten, inti dari UU Cipta Kerja adalah mendorong UMKM untuk bisa menjadi bagian dari industri berbasis teknologi tinggi. Dengan demikian, proses ekonomi dari hulu ke hilir bisa dinikmati koperasi. (Reza)