Peluang News, Jakarta-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Yayasan Batik Indonesia (YBI) akan menyelenggarakan peringatan Gerakan Batik Nasional (GBN) dan Hari Batik Nasional (HBN) tahun ini pada 30 Juli–3 Agustus 2025 di Pasaraya Blok M, Jakarta.
“Kami mengusung tema ‘Bangga Berbatik’ sebagai langkah strategis untuk memacu pengembangan industri batik di dalam negeri agar semakin digemari oleh konsumen domestik maupun menembus pasar ekspor,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita.
Kemenperin dan YBI telah menetapkan Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai ikon GBN dan HBN 2025. Batik khas Cirebon ini dikenal dengan pola halus, garis-garis tipis, dan latar terang yang menggambarkan kekayaan seni serta budaya lokal.
“Teknik merawit adalah cara menggoreskan canting tembokan dengan malam panas, menghasilkan garis kecil dan tipis tanpa putus, biasanya di atas kain berwarna muda,” jelas Reni.
Ia juga menambahkan bahwa pada November 2024, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum telah menetapkan Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai Indikasi Geografis (IG) Batik keenam di Indonesia, sekaligus yang pertama dari Kabupaten Cirebon.
“Kami ucapkan selamat kepada Kabupaten Cirebon, khususnya Sentra Batik Trusmi, atas diraihnya sertifikat IG ini. Semoga dampaknya bisa semakin besar terhadap perekonomian masyarakat,” ungkapnya.
Reni menegaskan pentingnya perlindungan IG untuk menjaga karakter dan ciri khas Batik Merawit Cirebon. “Dengan sertifikat ini, logo IG akan tertera pada setiap produk yang diproduksi oleh IKM di Sentra Batik Trusmi. Kualitasnya tentu harus terus dijaga,” katanya.
Peringatan HBN 2025 juga akan dimeriahkan dengan Pameran Gelar Batik Nusantara serta pameran IKM batik di berbagai gerai IKEA. Selain itu, berbagai kegiatan akan digelar seperti webinar dan talkshow mengenai digitalisasi, standardisasi batik, pasar Gen-Z, dan penerapan prinsip keberlanjutan dalam industri batik.
“Kami juga akan mengadakan workshop pelatihan ISO dan pelatihan batik cap di pondok pesantren,” imbuh Reni.
Di luar rangkaian acara HBN, Ditjen IKMA juga memiliki sejumlah program pendukung industri batik, mulai dari penerbitan buku, pelindungan IG, penumbuhan wirausaha baru, penerapan industri 4.0, hingga restrukturisasi mesin produksi dan fasilitasi pameran.
“Kami ingin para pemangku kepentingan, pelaku industri batik, dan siapa pun yang peduli terhadap perkembangan batik bisa bertemu, berdiskusi, dan berkolaborasi lewat perayaan HBN ini,” ucap Reni.