Masyarakat koperasi masih terbelah akibat dualisme kepemimpinan Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) sejak 2019. Namun tidak menyurutkan kegiatan perayaan Hari Koperasi pada tahun 2023 ini.
Dekopin yang diketuai Sri Untari Bisowarno dan Dekopin pimpinan Nurdin Halid, seolah unjuk gigi dalam memperingati Hari Ulang Tahun ke 76 gerakan Koperasi Indonesia. Keduanya antusias menggairahkan gerakan koperasi, yang menurut pemerhati perkoperasian Suroto kian hati makin terpingirkan oleh kebijakan pemerintah.
Menengok dari laman dekopin.coop, website Dekopin pimpinan Sri Untari Bisowarno, mereka mengambil tema “Mewujudkan Cita-cita Keadilan Sosial Melalui Koperasi Modern.” Kegiatan Harkopnas yang tahun ini diubah menjadi Hari Koperasi Indonesia dipusatkan Gedung Tenis Indoor Senayan pada 12 Juli lalu, dihadiri Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Hadir pula sejumlah pesohor politik seperti Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang kini tengah diusung menjadi kandidat Presiden RI pada Pilpres 2024. Juga terlihat guru besar FE UI Prof Dr Sri Edi Swasono didampingi putranya Tan Sri Yusuf Zukfikar dan Halida putri bungsu Proklamator RI dan Bapak Koperasi Muhammad Hatta. Sedikitnya tercatat sekitar 4.000 warga koperasi dari berbagai daerah di tanah air memadati arena Harkop.
Sementara dari laman dekopin.co, website yang dikelola Dekopin Nurdin Halid, tema Harkopnas 2023 mereka ialah “Membangun Koperasi Berbasis Kearifan Lokal Menuju Ekonomi Gotong Royong yang Mandiri, Modern, dan Berdigital.” Perayaan puncak Harkopnas dipusatkan di Auditorium Kampus Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat pada 24 Juli lalu. Acara dihadiri Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dan tuan rumah Gubernur Sumbar Mahyeldi dan wakilnya, Audy Joinaldi serta sejumlah kepala daerah penerima penghargaan koperasi.
Agenda kedua Dekopin, merujuk dari laman mereka tidak terlalu berbeda. Acara seremonial mengunjungi makam Bung Hatta sebagai bapak Koperasi Indonesia. Kemudian pemberian penghargaan kepada pegiat koperasi kepada sejumlah tokoh dan masyarakat. Selain itu juga menggelar pameran/pasar rakyat dan sarasehan serta diskusi.
Melihat fenomena ini, salah satu pegiat koperasi besar di NTT kepada penulis mengaku tidak terlalu peduli atas dualisme Dekopin. Sebab, kata dia yang minta namanya tidak disebutkan, ada dan tidaknya Dekopin tidak berpengaruh terhadap kinerja koperasinya.
“Kinerja koperasi ditentukan aktifnya anggota karena ada rasa percaya kepada pengurus koperasi. Kepercayaan itu tumbuh karena pengurus koperasi menjalankan rapat anggota sesuai aturan main. Bukan karena ada Dekopin,” ucap dia.
Namun, lanjutnya, dengan dualisme ini gerakan koperasi menjadi tidak efektif dalam menyuarakan kepentingan koperasi. Padahal dibentuknya Dekopin itu bertujuan membina dan mengembangkan kemampuan Koperasi dalam kedudukannya sebagai sistem dan pelaku ekonomi nasional. Hal ini untuk mewujudkan tata kelola ekonomi nasional berdasarkan konstitusi dengan tetap menegakkan jati diri Koperasi.
Pilar Pembangunan
Dalam literasi, koperasi disebut sebagai pilar penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Menjadikan gotong royong sebagai prinsip utamanya, koperasi berperan dalam penguatan ekonomi nasional dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan sosial, seperti kemiskinan dan pengangguran.
Kenyataannya, menurut Suroto, koperasi di Indonesia tidak beranjak maju. Ada tiga hal yang membuat koperasi sulit maju. Pertama, paradigma atau cara pandang masyarakat terhadap koperasi yang baik masih sangat minim.
Kedua, regulasi. Sehingga, undang-undang koperasi perlu direvisi, misalnya saja jumlah orang yang mendirikan cukup dipangkas dari 20 menjadi minimal 3 orang. Selain itu, undang-undang yang lain juga tidak boleh diskriminasi terhadap koperasi. Seperti undang-undang BUMN yang mewajibkan semua BUMN harus berbadan hukum PT, kenapa tidak koperasi jadi dimiliki oleh masyarakat.
Ketiga, minimnya kemauan pemerintah untuk mengembangkan kelembagaan atau ekosistem koperasi. Di mana, sistem pendidikan dan research and development, kebijakannya tidak mendorong supaya ekosistem koperasi menjadi mainstream.
Satu-satunya perguruan tinggi yang mengkaji dan mengurusi koperasi, yang bertahan hingga saat ini adalah Universitas Koperasi Indonesia (Ikopin University), dulu bernama Institut Koperasi Indonesia (Ikopin). Yang lain, ditutup karena sepi peminatnya.
Menarik apa yang disampaikan Prof Dr. Ir. Agus Pakpahan, MS. saat dilantik menjadi Rektor Ikopin University periode 2023–2027. Dia berharap komunitas dosen dan seluruh civitas akademika Ikopin University dapat merumuskan dan mengembangkan metodologi dan metode perkuliahan baru. Yaitu kuliah adalah bekerja dan bekerja adalah kuliah. Satu di antaranya adalah para dosen harus mampu memberikan bimbingan, motivasi, fasilitasi dan katalisasi untuk menciptakan solusi win-win sebagai solusi yang terbaik.
Dengan demikian, lanjut dia, Ikopin University mampu mengembangkan koperasi sebagai institusi yang melahirkan budaya baru, life style baru, khususnya bagi generasi milenial. Ikopin harus bekerjasama dengan dunia usaha, industri dan pemerintah daerah untuk mengembangkan program khusus dalam pengembangan koperasi. (Faw)