hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Harga Pangan Melangit, Rakyat Menjerit

DI TENGAH meningkatnya harga-harga pangan dan bahan kebutuhan pokok, apakah terselip pertanyaan di dalam hati presiden, menteri, atau pejabat, makan apa rakyat hari ini?  Kenaikan harga-harga telah membuat rakyat kecil sulit memenuhi kebutuhan esensialnya, makanan, agar tetap sehat dan produktif bekerja.

Pemerintah mengklaim sudah berusaha menekan kenaikan harga. Untuk minyak goreng, misalnya, sejumlah kebijakan dikeluarkan seperti patokan Harga Eceran Tertinggi (HET), kewajiban menyisihkan hasil produksi untuk pasar domestik (DMO), dan penetapan harga domestik (DPO). Instrumen untuk menjalankan dan mengawasi kebijakan tersebut juga ada. Namun semuanya mandul. Harga minyak goreng hanya turun sebentar, lalu melejit lagi. Pemerintah bertekuk lutut di hadapan mafia.

Harga kedelai yang masih tinggi berimbas ke produksi tahu dan tempe. Tempe ukuran 15×13 cm setebal 2 cm dijual Rp6.000. Bagi pedagang kecil seperti penjual gorengan, hampir semua bahan yang dibutuhkan untuk berjualan naik. Minyak goreng yang sempat menghilang beberapa waktu, muncul dengan harga tinggi. Minyak goreng curah dibandrol Rp20.000/kg. Begitu juga terigu, dari Rp7.000 menjadi Rp8.500/kg.

Para pedagang merasakan tahun ini merupakan tahun tersulit dalam 15 tahun terakhir. Berawal dari kenaikan harga kedelai, disusul kenaikan harga minyak goreng dengan durasi waktu kenaikan yang cukup panjang, ditambah lagi melonjaknya harga cabai, bawang putih secara serempak. Harga-harga ini bisa jadi akan naik lagi menjelang puasa karena naiknya permintaan dan pengenaan PPN menjadi 11 persen.

Satu keluarga dengan tiga anak akan sulit memenuhi kebutuhan konsumsinya dengan Rp50.000. Mari kita hitung. Kebutuhan untuk sehari: beras 1,5 liter seharga Rp15.000, minyak goreng seperempat liter Rp5.000, sayuran Rp5.000, tahu dan tempe Rp12.000. Sisanya untuk bahan pelengkap seperti terigu dan bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, jahe, kunyit, lengkuas, sereh, daun salam, dan lain-lain. Dengan uang segitu, menu yang didapat hanya nasi, sayur plus tahu dan tempe.

Siklus kenaikan harga pangan ini terjadi dalam beberapa fase. Fase pertama pada H-7 hingga H-3 menjelang puasa. Fase kedua pada H-7 hingga H-3 menjelang Lebaran, pada fase ketiga setelah Lebaran. Hal ini terjadi setiap tahun tanpa ada solusi. Sebenarnya pemerintah dapat mengantisipasinya dengan memobilisasi produksi dan mengamankan stok supaya harganya tidak naik signifikan, dan menjamin kelancaran distribusi.●

pasang iklan di sini