Peluangnews, Jakarta – Pemerintah Arab Saudi kembali memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sepihak selama 1 bulan. Mereka mengatakan perpanjang pengurangan ini bisa diperpanjang atau bahkan diperdalam.
Arab Saudi, sebagai pemimpin OPEC akan melanjutkan pengurangan sebanyak 1 juta barel per hari, yang dimulai sejak bulan lalu hingga bulan September mendatang. Hal ini akan mempertahankan produksi sekitar 9 juta barel per hari. Hal itu merupakan level terendah dalam beberapa kurun waktu terakhir.
“Pengurangan ini, tentu membuat harga minyak bergejolak,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Jumat (4/8/2023).
Tujuan dari perpanjangan pemangkasan produksi minyak yaitu untuk mendukung stabilitas dan keseimbangan pasar minyak. Sejauh ini memang harga minyak telah pulih dalam beberapa hari belakangan, dan sempat mencapai harga tertinggi selama 3 bulan karena berada di atas US$85 per barel.
“Penguatan ini tidak terlepas dari pengendalian produksi yang dilakukan oleh OPEC+, ditambah dengan pemulihan bahan bakar pasca pandemi telah memperketat pasar minyak mentah di dunia,” kata Nico.
Namun, melemahnya pemulihan ekonomi Tiongkok, dan potensi resesi di Amerika, telah menekan harga minyak. OPEC+ mau tidak mau harus menjaga stabilitas harga.
Terlebih, pengeluaran yang dikeluarkan oleh Riyadh untuk mengutupi pengeluaran pemerintah sebesar US$100 per barel. Alhasil atas dasar yang dilakukan terkait dengan pengurangan produksi, telah mendorong harga minyak Brent naik 2,1%, dan diperdagangan mendekati US$85 per barel. Begitu juga dengan harga minyak WTI yang diperdagangan di US$81,75 per barel.
Sejauh ini, pengurangan yang dilakukan masih sesuai dengan ekspektasi para pedagang, meski apa yang dilakukan oleh Arab Saudi menimbulkan kontroversi. Kenaikan harga bahan bakar akan mendorong inflasi juga turut naik dan dapat mengagalkan usaha bank sentral untuk mengendalikan inflasi melalui kenaikan tingkat suku bunga.
Arab Saudi sebelumnya telah melakukan pemangkasan produksi minyak pada beberapa bulan sebelumnya secara sepihak, bahkan sebagian besar anggota koalisasi OPEC+ sudah memompa di bawah target yang ditetapkan, sehingga tidak mungkin mengurangi pasokan lebih lanjut.
Rusia juga menurunkan pengiriman minyak. Ini terlihat dari kapal yang mengirimkan minyak mulai turun. Rusia akan memperpanjang pemangkasan ekspor minyak mentah hingga bulan September mendatang, dengan mengurangi pengiriman dari 500.000 menjadi 300.000 barel per hari.
Sejauh ini Arab Saudi dan Rusia akan memimpin evaluasi situasi dan kondisi pasar oleh OPEC+, dan aliansi dari ke-23 negara OPEC+ akan bertemu pada akhir November.
“Pasar menanti sejauh mana OPEC+ berani memangkas tingkat produksi. Oleh karena itu, sektor yang berhubungan dengan minyak berpotensi mengalami kenaikan,” kata Nico. (Aji)
Baca Juga: Kurangi Impor Minyak Mentah, Masyarakat Diminta Beralih Ke Kendaraan Listrik