Harga Emas Meroket di Tengah Perang Dagang AS-China dan Ketidakpastian The Fed

Harga Emas Meroket di Tengah Perang Dagang AS-China dan Ketidakpastian The Fed
Ilustrasi harga emas yang semakin meroket

Peluang News, Jakarta – Harga emas dunia terus menanjak, didorong oleh memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta meningkatnya ketidakpastian terhadap kepemimpinan Bank Sentral AS (The Fed). Isu mengenai rencana Presiden Donald Trump untuk mengganti Gubernur The Fed, Jerome Powell, turut menjadi pemicu meningkatnya permintaan terhadap logam mulia ini.

Selain itu, berikut beberapa hal yang melatarbelakangi kenapa harga emas terus naik akhir-akhir ini:

1. Emas sebagai Safe Haven di Tengah Perang Dagang AS dan Mitranya
Emas dikenal sebagai aset safe haven, yaitu aset yang dicari investor saat terjadi gejolak atau ketidakpastian di pasar keuangan. Perang dagang antara AS dan China yang semakin memanas akibat kenaikan tarif oleh Presiden Trump mendorong ketidakpastian ekonomi global, sehingga investor berbondong-bondong membeli emas untuk melindungi nilai aset mereka dari risiko pasar.

2. Kekhawatiran Resesi Global
Ancaman perlambatan ekonomi dan potensi resesi akibat perang dagang membuat emas semakin diminati. Investor khawatir pertumbuhan ekonomi dunia akan tertekan, sehingga mereka memilih emas yang nilainya cenderung stabil bahkan saat ekonomi memburuk.

3. Pelemahan Dolar AS
Ketidakpastian kebijakan ekonomi dan tekanan terhadap The Fed, termasuk rencana pelengseran Gubernur Jerome Powell oleh Trump, menyebabkan dolar AS melemah. Saat dolar melemah, harga emas dalam dolar menjadi lebih murah bagi investor global, sehingga permintaan naik dan harga emas terdorong lebih tinggi.

4. Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed
Turunnya inflasi di AS dan tekanan politik terhadap The Fed meningkatkan ekspektasi bahwa suku bunga acuan akan dipangkas. Suku bunga yang lebih rendah membuat imbal hasil aset berbunga seperti obligasi menurun, sehingga investor lebih memilih emas yang tidak memberikan bunga namun nilainya stabil.

5. Pembelian Emas oleh Bank Sentral dan Investor Besar
Bank sentral di berbagai negara juga meningkatkan cadangan emas sebagai antisipasi terhadap ketidakstabilan ekonomi dan geopolitik. Fenomena ini memperkuat reli harga emas di pasar global.

Naiknya harga emas sempat menyentuh level tertingginya di harga $3499/onz pada (22/4), sebelumnya kenaikan harga emas ditopang oleh kekhawatiran pasar terhadap resesi yang ditimbulkan sebagai akibat dari terjadinya perang dagang antara AS dan mitra perdagangannya.

Rencana Trump Mengganti Jerome Powell Semakin Menekan Dolar

Harga emas semakin berkilau ketika presiden AS Donald Trump menginginkan adanya pergantian pemimpin bank sentral AS (Fed). Upaya digantinya Jerome Powel oleh Trump lebih karena pandangan Powell yang berbeda dengan Trump terkait kebijakan moneter bank sentral.

Presiden Donald Trump menginginkan kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), terutama di bawah pimpinan Gubernur Jerome Powell, untuk segera menurunkan suku bunga acuan secara agresif. Trump berpendapat bahwa suku bunga yang lebih rendah penting untuk mencegah perlambatan ekonomi dan resesi yang dipicu oleh kebijakan tarif perdagangannya yang memicu ketegangan global. Ia menilai inflasi saat ini “hampir tidak ada” karena penurunan harga energi dan barang lainnya, sehingga menurutnya tidak ada alasan untuk mempertahankan suku bunga tinggi.

Trump secara terbuka mengkritik Powell dengan menyebutnya “pecundang besar” dan “Mr. Terlambat” karena dianggap lambat dan enggan memangkas suku bunga. Ia menekan The Fed agar melakukan pemangkasan suku bunga secara pre-emptif demi menjaga momentum ekonomi AS. Trump juga mengancam akan memecat Powell jika tuntutannya tidak dipenuhi, yang menimbulkan kekhawatiran pasar dan ketidakpastian global karena mengancam independensi bank sentral.

Sementara itu, Powell dan The Fed memilih pendekatan yang lebih berhati-hati. Mereka menilai bahwa perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Trump berpotensi memperlambat pertumbuhan sekaligus meningkatkan inflasi, sehingga kebijakan moneter harus menunggu kejelasan data dan keseimbangan risiko sebelum melakukan penyesuaian suku bunga. The Fed saat ini mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25-4,50% dan belum menunjukkan sinyal pemangkasan segera.

Singkat kata dalam suasana pasar yang berkecambuk, dolar yang menjadi korbannya. Para pelaku pasar terus menjual dolar dan obligasi AS jangka Panjang, hal itu yang kemudian berakibat pada naiknya imbal hasil obligasi AS secara siknifikan.

Pernyataan Trump Berbalik Atas Tarif China dan Peran Powell

Pada hari Selasa (22/4) Pernyataan datang dari Presiden AS Donald Trump terkait tarif pada produk China yang akan diturunkan dan XAU/USD terkoreksi tajam dari level tertingginya di area $3.500 di sesi Eropa dan berlanjut di pasar AS setelah adanya pernyataan dari presiden AS Trump yang menegaskan bahwa dirinya tidak akan memecat gubernur the Fed Jerome Powell atas perbedaan pandanganya terhadap kebijakan bank sentral.

Seketika Dolar AS (USD) berhasil memulihkan keterpurukannya di awal pekan. Saham-saham anjlok di awal minggu bersama dengan dolar. Sementara itu, ada kabar baik terkait Tarif Trump dengan China, setelah adanya optimisme terhadap kesepakatan dengan RRT yang akan menerapkan tarif lebih rendah. USD seketika berbalik menguat, dan saham-saham pulih. Emas anjlok ke level $3312 di sesia Asia hari Rabu.

Bagaimana Prospek Harga Emas Kedepan?

Sampai saat ini, harga emas masih terus dalam trend kenaikan. Bila ada pertanyaan sampai kapan hal itu terjadi, maka jawabannya bergantung dari pola penyelesaian dan kesepakatan dari perang dagang antara AS vs China itu sendiri. Sejauh ini, Trump Cukup optimis bahwa mereka akan mencapai kesepakatan yang baik. Namun dilema baru muncul dengan adanya upaya Trump yang akan mengganti ketua The Fed Jerome Powel. Pergantian ketua the Fed menandai potensi perubahan kebijakan moneter AS dari hawkish (suku bunga tinggi) menjadi Dovish (pemangkasan suku bunga). Hal itu dapat Kembali menguntungkan emas.

Apa kata Goldman Sachs tentang prosepk harga emas dunia?

Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga emas untuk akhir tahun 2025 menjadi sekitar US$3.700 per ons troy, naik dari perkiraan sebelumnya US$3.300 per ons.

Salah satu alasannya yakni karena permintaan yang lebih kuat dari yang diharapkan bank sentral dan arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa yang lebih tinggi karena risiko resesi. “Jika resesi terjadi, arus masuk ETF dapat meningkat lebih jauh dan mengangkat harga emas menjadi $3.880/onz pada akhir tahun.

Goldman Sachs memperingatkan bahwa dalam kasus risiko ekstrem, emas bisa mencapai setinggi $4.500/oz pada akhir 2025. Sementara sisi bawahnya, bila terlewati area support $3300/onz maka secara teknikal trend emas dapat berbalik turun. Hal itu tentunya harus didukung oleh adanya kesepakatan tarif dagang antara AS – China dan komitment Trump untuk mempertahankan Jerome Powell sebagai gubernur the Fed.

PT. Octa Investama Berjangka (OIB) menyediakan pelatihan tanpa dikenakan biaya, untuk mempelajari peluang-peluang yang ada di pasar uang, indek saham luar negri serta pasar komoditas. Di samping itu Anda akan mendapatkan AKUN DEMO yang dapat digunakan untuk latihan bertransaksi terhadap produk tersebut di atas secara live. OIB merupakan perusahaan yang resmi terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut: octa.co.id

Disclaimer : Transaksi Perdagangan berjangka komoditi atau trading derivative memiliki potensi keuntungan dan risiko kerugian yang tinggi.

Exit mobile version