JAKARTA—Siapa bilang anak Jakarta menganggap menjadi petani ketinggalan zaman. Hamzah Abdullah, 24 tahun tidak beranggapan seperti itu ketika dia memutuskan bergabung ke Kelompok Petani Hutan Kumbang di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan pada Maret 2020 lalu.
“Sejak kecil saya punya cita-cita ingin bermanfaat untuk masyarakat banyak, terutama yang di sekitar saya. Untuk itu saya mengambil keputusan menjadi petani,” ujar Hamzah keitka dihubungi Peluang, Rabu (9/3/22).
Anak muda kelahiran 1998 beranggapan menjadi petani keren. Dia menganggap petani itu tidak hanya menanam, tetapi juga merawat tanaman supaya berbuah dengan maksimal.
“Saya tidak ingin petani ke depannya punah, dan saya ingin merubah pandangan orang petani itu susah. Karena petani banyak komoditinya jadi selama dia menanam pasti akan sukses pada waktunya,” ucap lulusan sebuah SMK ini.
Modal awal jadi petani menurut dia hanya kemauan yang keras. Seorang petani mau bangkit jika ia gagal. Produk yang dipilih Hamzah adalah cabai, terong, bawang, daun bawang, singkong, kangkung, sawi / pokcoy, lenca, kemangi, hingga buah seperti alpukat dan jambu kristal.
Pertanian merupakan pekerjaan seni karena mengolah lahan, menata, dan menanam itu harus sesuai. Itu dilakukan supaya si tanaman itu tumbuh dengan baik.
Hasil dari bertani luayan, untuk jambu kristal bebruah sebanyak 5 kg setiap bulannya. Jambu ini dipasarkan ke mana ke warga sekitar saja. Hamzah juga menambah penghasilan dengan berjualan herbal.
Sebagai catatan Kelompok Tani Hutan Kumbang, beranggotakan petani milenial adalah binaan Dinas Kehutanan Jakarta. Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wika, Srengseng Sawah. Menurut Hamzah lahan yang dikelolanya bersama petani lain luasnya sekitar 14 ribu meter persegi.
RTH ini sebelumnya adalah bekas tempat pembuangan sampah atau lahan tidur. Para petani milenial mmebuka lahan dengan memersihkan sampah dan pohon berduri (Irvan).