World Economic Forum memprediksi pada tahun 2027 sebanyak 43 persen pekerjaan manusia akan digantikan mesin. Dampak dari prediksi tersebut, serapan tenaga kerja bakal berkurang.
DIGITALISASI terus menjadi tantangan bagi para buruh sekaligus pelaku usaha. Efisiensi waktu dan investasi secara perlahan akan menggeser peran manusia dalam beberapa bidang pekerjaan. Ddigitalisasi dan pemanfaatan teknologi pada dunia kerja akan mengubah ritme segala bidang pekerjaan.
“Memang ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang mulai digantikan digital, tapi di Indonesia tidak ke industrinya secara langsung,” ujar Direktur Eksekutif for Development Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad. MAKA, mau tidak mau, masyarakat Indonesia harus membekali diri dengan keterampilan yang dibutuhkan industri pekerjaan.
Sayangnya, kualitas SDM Indonesia masih belum berada di titik ideal untuk berkecimpung di dunia kerja teknologi. Untuk itu, “Pengembangan skill yang dibutuhkan oleh pasar kerja jangan lagi generis. Kalau sekarang yang banyak menganggur itu kan SMK, banyak yang tidak berkualitas, lembaga sekolahnya asal ada, itu yang saya kira perbaiki,” ujarnya.
Di tahun 2022 saja, sudah 34 persen pekerjaan dilakukan oleh mesin. “Kita semua berada di kapal yang sama. Apakah anda seorang pekerja pabrik, atau apakah anda seorang pekerja yang duduk di belakang meja. Teknologi mengubah cara, hampir setiap tugas pekerjaan akan dilakukan,” ujar CEO Coursera, Jeff Magniola.
Disebutkan, 44 persen keterampilan pekerjaan akan terganggu. Namun, dominasi teknologi pada pekerjaan membuka celah bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan terbaik. “Dampak dari dominasinya teknologi pada pekerjaan diharapkan bisa positif di 5 tahun mendatang,” tutur Jeff.
World Economic Forum memprediksi, selama periode 2023-2027, ada 10 (sepuluh) pekerjaan akan tumbuh, yaitu: (1) Spesialis AI; (2) Spesialis keberlanjutan; (3) Analis intelejensi bisnis; (4) Analis informasi keamanan; (5) Ahli Fintech; (6) Analis Data and sains; (7) Ahli Robotik; (8) Ahli Elektroteknokogi; (9) Operator peralatan agricultural; (10) Spesialis transformasi digital.
Sepuluh jenis pekerjaan yang akan menghilang yaitu:
(1) Teller bank dan berkaitan dengan staf; (2) Petugas Pos; (3) Petugas Kasir dan Tiket; (4) Petugas Admin; (5) Sekretaris Eksekutif dan administrasi; (6) Petugas Pencatat persediaan bahan pokok; (7) Petugas Akunting, dan Payroll; (8) Legislator dan Official; (9) Petugas Statistik, Asuransi dan Keuangan; (10) Pekerja Sales yang menyambangi setiap rumah.
Berdasarkan prediksi ini, WEF menyarankan agar para pekerja terus melakukan upskilling sebagai respon untuk menghadapi lima tahun ke depan.
Saat ini Indonesia memiliki penduduk usia produktif mencapai 69 persen dari total populasi. Sayangnya masih banyak yang belum terserap oleh dunia kerja. “Lulusan universitas masih menjadi kontributor pengangguran terbuka, universitas mencapai 8 persen pada Agustus 2022, sementara lulusan SMK mencapai 9,4 persen,” kata Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia,
Masalahnya adalah skill gap antara kebutuhan industri dengan kapasitas lulusan perguruan tinggi dan vokasi Indonesia yang kurang link and match. Karena itu, kolaborasi dunia pendidikan, vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) termasuk usaha, kecil dan menengah (UKM) sangat penting untuk meningkatkan produktivitas usaha.
Di sisi lain, Indonesia memiliki puluhan juta UMKM. Bahkan UMKM menjadi basis ekonomi nasional dengan daya serap tenaga kerja sebesar 97 persen dan mendominasi struktur usaha Indonesia hingga 99 persen. Namun, UMKM di Tanah Air ini masih didominasi usaha mikro dan kecil. Selain itu, banyak pelaku UMKM yang jiwa entrepreneurship-nya masih rendah, tidak tahu menggunakan internet untuk marketing, dan lainnya.●(Zian)