Perjalanan usaha KSP SB memasuki babak baru dengan produk dan layanan yang techy. Ini untuk mengantisipasi perubahan perilaku anggota terutama di segmen milenial.
Teknologi digital mengubah relasi seluruh industri tidak terkecuali di industri jasa keuangan dan koperasi. Konsumen atau anggota kini membutuhkan layanan yang cepat, mudah, dan aman. Digitalisasi menjawab kebutuhan tersebut. Apalagi bagi generasi milenial yang sangat familiar dengan digital.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), populasi milenial yaitu mereka yang berusia 20-34 tahun jumlahnya mencapai 23,77% dari total penduduk Indonesia sebanyak 268 juta jiwa pada 2019. Artinya hampir seperlima penduduk masuk kategori milenial. Ini tentu pasar yang menggiurkan.
Iwan Setiawan, Ketua Pengawas KSP Sejahtera Bersama (SB) menyadari milenial
merupakan pasar yang menjanjikan baik untuk masa kini terlebih di masa
mendatang. Perilaku (behaviour)
mereka tentu beda dengan generasi sebelumnya atau sering disebut baby boomer.
Kini mereka sangat techy dan digitalize.
“Kami mengajak seluruh karyawan dan anggota KSP SB mengenal visi dan misi yang dikembangkan pada 2020, yaitu digitalisasi,” ujar Iwan dalam acara HUT KSP SB ke 16 di Bogor beberapa waktu lalu.
Dalam acara tersebut, tagline yang diusung adalah “Go Digital KSP Sejahtera Bersama – Giving More For Your Financial Services”. HUT ke 16 merupakan silaturahmi antarkaryawan dan wujud rasa gembira atas eksistensi salah satu koperasi besar di Indonesia ini yang bisa bertahan selama dua dasawarsa.
Iwan mengharapkan acara itu dapat lebih meningkatkan loyalitas dan semangat kebersamaan antarkaryawan. Selain itu, sebagai ungkapan rasa syukur atas perkembangan koperasi yang berpusat di Bogor itu.
“Saya berharap pada tahun ke 16 ini pengurus dan karyawan berkreasi agar KSP SB bisa lebih baik ke depan. Karena tantangannya pada 2020 ini bukan hanya sesama koperasi atau bank tetapi dengan perusahaan financial technology (fintech),” ungkap Iwan.
Ia juga membandingkan KSP dengan kinerja fintech. Menurutnya, KSP SB dalam 16 tahun hanya mendapatkan 100 ribu anggota, tetapi fintech dalam waktu tiga tahun terakhir itu mampu menghimpun 20 juta pengguna. Ini contoh betapa dahsyatnya digitalisasi.
Pendapat Iwan tentan fintech sesuai dengan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per 26 Desember 2019, jumlah perusahaan fintech lending legal di Indonesia sebanyak 164 fintech. Terdiri dari 152 fintech konvensional dan 12 fintech syariah.
Akumulasi jumlah pinjaman sampai November 2019 sebesar Rp74,54 triliun , tumbuh 228,88% dibanding akhir 2018. Jumlah akumulasi rekening lender sebanyak 591.662 entitas atau nai 185,13%. Semenatar jumlah akumulasi rekening borrower sebanyak 17,2 juta entitas. Dari sisi demografi, jumlah borrower (peminjam) fintech berusia 19-34 tahun atau mencapai 70,60% dari total borrower.
“Arah bisnis KSP SB ke depan akan didukung dengan digitalisasi sesuai perkembangan zaman,” ujar Iwan.
Sementara Ketua pengurus KSB Vini Noviani menuturkan, generasi tua tidak boleh menahan generasi milenial, sebab generasi milenial ini mengusai dan memahami perkembangan teknologi.
Namun sebaliknya, generasi milenial tidak boleh mengesampingkan baby boomers. Pasalnya kaum baby boomers ini yang menjaga nilai kearifan dan sosial. “Milenial adalah pasar yang menjanjikan untuk semua industri termasuk koperasi,” ujar Vini.
Data riset oleh Alvara Research pada 2017 berjudul “The Urban Middle-Class Millennials Indonesia: Financial and Online Behavior” menyebutkan bahwa produk keuangan yang paling diingat generasi milenial adalah produk tabungan. Produk tabungan diingat oleh mayoritas generasi milenial dengan persentase mencapai 79,8 persen.
Oleh karenanya, digitalisasi yang dilakukan KSP SB sudah berada di jalur yang tepat. Didukung peningkatan kualitas SDM dan tata kelola yang semakin baik, KSP SB yakin usahanya akan semakin berkembang pada mendatang.