Peluangnews, Jakarta – Meskipun menghadapi kelesuan perekonomian dunia yang belum pulih akibat kondisi geopolitik, dan belum lagi di kuartal pertama tahun ini ekspor mebel dan kerajinan mengalami penurunan sekitar 6 persen.
Namun demikian, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) optimis, permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan dalam negeri masih terus tumbuh dengan pemasok utama China yang saat ini memimpin sebagai eksportir terbesar produk mebel dunia.
“Kami berharap dengan adanya pameran IFEX yang dilakukan pada Maret lalu bisa menahan penurunan ekspor tersebut pada kuartal selanjutnya. Untuk itu, peran HIMKI sangat penting,” kata Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur dalam pelaksanaan Musyawarah Nasional Ke-3 HIMKI digelar di Hotel Holiday Inn Jakarta dari tanggal 29 sampai dengan 31 Agustus 2023.
Dengan demikian, menurut dia, sebenarnya peluang pasar global terhadap produk mebel dan kerajinan masih terbuka yang disebabkan oleh maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional. Apalagi, peluang pasar AS (Amerika Serikat) dan Eropa adalah pasar terbesar produk mebel dan kerajinan nasional.
“Meskipun demikian, kita harus terus berusaha untuk menembus pasar-pasar baru, apalagi jika kita memperhatikan kondisi semakin menurunnya permintaan pasar tradisional (AS dan Eropa), dimana kedua kawasan terbut mengalami inflasi yang sangat besar.
Oleh sebab itu, dalam menghadapi situasi terburuk tersebut, HIMKI akan mengantisipasi dengan memanfaatkan dan mengoptimalisasi emerging market, seperti Timur Tengah, India dan pasar Asia lainnya.
Sementara itu, sehubungan belum membaiknya pasar ekspor tradisional terdampak resesi ekonomi global, maka Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmitha berharap, ada upaya pengalihan ke pasar domestik dan perluasan tujuan ekspor ke pasar non-tradisional yang semestinya terus dilakukan oleh HIMKI.
“Dalam rangka menjamin ketersediaan dan stabilitas pasokan bahan baku, dilakukan upaya perbaikan yang berfokus pada penyediaan akses yang lebih baik sehingga tercapai pola rantai pasok bahan baku furnitur ideal melalui fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur serta koordinasi dengan K/L terkait,” tegas Agus.
Dalam rangka mendukung penyediaan tenaga kerja terampil di industri furnitur, Kemenperin juga mendirikan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal. Kurikulum di politeknik Kemenperin bersifat dinamis, disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Di Munas HIMKI ini, juga telah ditandatangani MoU kerjasama HIMKI dan Poltek Kendal.
“Selain terus meningkatkan pasar ekspor, pelaku industri furnitur juga diharapkan agar tidak meninggalkan pasar dalam negeri. Dengan inovasi-inovasi produksi yang lebih efisien maka konsumen dalam negeri juga akan dapat menikmati produk furnitur berkualitas karya anak bangsa,” pungkasnya. (alb)