hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

“Habibie dan Ainun 3”, Kisah Perjuangan dan Asmara Ainun Muda

Suatu pagi  di sebuah ruang kuliah Fakultas kedokteran UI sekira  1955, Ainun (Maudy Ayunda) duduk di sebelah kawannya Arlis (Aghniny Haque) dan Sularto (Kevin Adrilova) bersama mahasiswa baru lainnya menantikan dosen. Posisi tempat duduk mereka di tempat yang strategis, hal yang lumrah karena mereka datang lebih dulu.

Keheningan pecah, ketika dua orang mahasiswa senior mengusir mereka untuk tidak duduk di tempat itu karena itu milik mereka.  Mereka adalah mahasiswa yang tidak naik kelas, dengan alasan memperkuat kampus dalam pesta olahraga mahasiswa antar perguruan tinggi (POM).  Ainun memprotes sikap arogan itu dengan duduk di lantai dan diikuti oleh teman-teman seangkatannya.

Akhirnya dosen kelas itu yang masih orang Belanda masuk dan malah mengusir kedua mahasiswa senior dan tidak menerima sikap feodalisme.

Adegan dahsyat dalam sekuel terakhir trilogi kisah pasangan Habibie dan Ainun ini fokus pada kehidupan Hasri Ainun Besari yang kelak menjadi istri Presiden ke 3 RI BJ Habibie mencerminkan kehidupan kampus masa itu yang masih diwarnai sikap feodalisme.  Bukan saja feodalisme, Ainun juga dipandang tidak akan mampu menjadi dokter karena dia perempuan, oleh seniornya bahkan dosennya.

Ainun kemudian membuktikan bahwa dia mampu menjadi calon dokter yang baik, serta memelihara nilai kemanusiaan.

“Habibie dan Ainun 3”, juga mengisahkan bagaimana Ainun terinspirasi jadi dokter karena melihat ibunya yang berjuang mempertaruhkan nyawa menjadi bidan di sebuah desa di Jawa Tengah pada masa pendudukan Jepang.  

Begitu juga awal pertemuan Ainun dengan Habibie (tetap dimainkan Reza Rahadian yang dibuat mdua oleh teknik CGI)  di Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) Dago, Bandung. Seperti dalam sekuel pertama Ainun, diolok Habie sebagai gula Jawa yang hitam dan jelek. Namun Ainun adalah jagoan dalam olahraga kasti yang membuat Habibie dan kawannya berdecak kagum.

Juga digambarkan bagaimana Ainun begitu menggebu menjadi mahasiswa kedokteran dan menanti surat panggilan. Sementara Habibie ingin belajar membuat pesawat terbang agar bisa menghubungkan pulau-pulau di Indonesia.  Habibie dibiayai keluarganya untuk kuliah di Aachen, Jerman.  

Dalam film besutan Hanung Bramantyo ini, Ainun juga punya kisah asmara lain dengan seorang mahasiswa Fakultas Hukum UI yang tengil bernama Ahmad (Jeffery Nichol).  Tokoh ini nekat menyambangi Ainun di tempat kuliahnya menjadi “gangguan” hingga sempat berduel dengan Soelarto. Tetapi kemudian Ahmad menjadi pria yang baik dan menjadi pahlawan  bagi Ainun dalam berapa peristiwa.

Tentunya penonton juga sudah tahu ke mana akhirnya Ainun berlabuh. Namun cerita asmara Ainun dan Ahmad bukan hanya romantis picisan tetapi mencerminkan dua perbedaan visi antara kalangan terpelajar masa itu tentang perjalanan Republik yang masih muda. 

Ada kalangan terpelajar ingin membangun bangsanya dalam keadaan terpuruk sekalipun, sebagian lagi kecewa dan putus asa terhadap cara berpikir bangsanya yang dianggap tertinggal dengan bangsa lain dan ingin mengadu nasib di negeri lain.

“Bukan hanya soal perempuan, tetapi soal menjadi orang Indonesia,” ucap Ainun.  

“Habibie dan Ainun 3” memberikan gambaran kehidupan sosial era 1955 hingga 1960-an dengan baik. Film ini dengan pas memperlihatkan daya hidup mahasiswa dengan ungkapan Buku, Pesta dan Cinta, hingar bingar musik rock n roll, trasnportasi umum masa itu naik trem, becak, kehidupan perkampungan yang kumuh dengan penyakit disentri dan typhus, bahkan menyinggung Pemilu 1955 dan Konferensi Asia Afrika juga pada 1955 sekalipun lewat pamflet dan baliho.

Hanya saja pemeran utama Maudy Ayunda diberikan beban yang cukup berat. Dia  harus tampil sebagai anak muda 1950-an, terkadang dandanannya seperti anak muda Jakarta masa kini. Selain itu pidatonya pada akhir masa kuliah diragukan apakah memang seperti itu, bukannya pesan dari masa kini yang dibuat seolah masa itu?

Namun Maudy bisa menjadi Ainun yang begitu sigap membantu anak kecil yang kecelakaan di pasar malam, berinsiatif membawa seorang  bocah yang terkena penyakit hingga berupaya menjawab pertanyaan dosennya ketika praktis bedah mayat.

Sebaliknya Jefry Nichol justru tampil gemilang karena memang tokoh ini seperti diadakan untuk mewakili kisah asmara Ainun. Nama Ahmad aslinya mungkin mengacu pada tokoh lain. Tidak ada referensi yang menngungkapkan siapa dia. Berbeda dengan Habibie dalam “Rudy Habibie” sempat menjalin cinta dengan Iona, seorang wanita Polandia yang benar-benar ada.

Cara bertutur film ini menarik, dimulai dari berkumpulnya keluarga Habibie (yang diperankan Habibie asli) dan Eyang Habibie yang didaulat cucunya untuk bercerita tentang Eyang Putri. Dengan jiwa besar Habibie menceritakan bahwa Eyang Putri lumrah pernah suka dengan laki-laki lain dan toh akhirnya yang menentukan adalah frekuensi yang sama.  Tentunya syuting bagian ini ketika BJ Habibie masih hidup.

Penutup Manis 2019

“Habibie dan Ainun 3” menjadi penutup manis trilogi kisah kehidupan pasangan ini.  Bahkan juga menjadi penutup manis film Indonesia pada 2019 dari segi jumlah penonton yang sudah mencapai 700 ribuan penonton hingga Minggu (22/12/19). 

Itu artinya film ini menjadi film Indonesia yang ke 14 menembus satu juta.  Kalau tercapai maka jumlah penonton film Indonesia 2019 akan sama dengan 2018, sekaligus juga menepis kekhawatiran beberapa sineas bahwa angka 50 juta-an seperti 2018 sulit tercapai dan cenderung turun.

Meskipun demikian “Habibie dan Ainun 3” tetap bergenre drama dalam setting sejarah.  Menurut sutradara Kimo Stamboel dalam sebuah perbicangan dnegan Peluang, film sejarah masih mendapatkan tempat, tetapi membuatnya sulit dan mahal biayanya.  Film Indonesia 2019 sama seperti 2018 masih didominasi drama dan horor.   

Dalam konteks ini Hanung Bramantyo sekali lagi berhasil menghadirkan drama bergenre sejarah setelah “Bumi Manusia” yang jumlah penontonnya mencapai 1,3 juta-an.

Secara keseluruhan “Habibie dan Ainun 3” menjadi inspirasi yang baik untuk generasi milenial untuk meperjuangkan dan konsistensi terhadap cita-citanya (van).        

pasang iklan di sini