octa vaganza

Grafiti & Mural, Seronok Visual di Ruang Terbuka

Pablo Picasso membuat sebuah mural yang dinamakan Guernica atau Guernica y Luno. Mural ini dibuat pada saat terjadinya peristiwa perang sipil di Spanyol, pada tahun 1937.

KEBIASAAN melukis di dinding berawal dari manusia primitif. Ribuan tahun silam. Demikianlah cara mereka mengomunikasikan perburuan. Pada masa itu, grafiti (juga dieja graffity atau graffiti) digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu. Pada zaman Mesir kuno, aktivitas melukis di dinding-dinding piramida mengomunikasikan ‘pesan’ alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.

Grafiti adalah coretan-coretan pada dinding yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan kata, simbol, atau kalimat tertentu. Alat yang digunakan pada masa kini biasanya cat semprot kaleng. Sebelum cat semprot tersedia, di masa lampau, grafiti umumnya dibuat dengan sapuan cat menggunakan kuas atau kapur.

Grafiti biasa kita jumpai pada dinding bangunan, tembok-tembok kosong, pintu-pintu toko, gerbong kereta api, terowongan dan sudut-sudut kota lainnya. Biasanya para seniman grafiti menggunakan cat semprot aneka warna primer dalam membuat karya mereka. Baik itu grafiti yang sederhana maupun grafiti berikuran besar dan rumit.

Kegiatan bergrafiti ria menunjukkan ketidakpuasan baru dimulai pada zaman Romawi. Buktinya, cermatilah lukisan-sindiran di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan Pompeii, kota terkutuk. Di Roma, grafiti dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk Kristen yang kala itu dilarang kaisar.

Dalam perkembangan manusia berorganisasi, dalam wujud negara, adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya, beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding.

Meskipun grafiti pada umumnya bersifat ‘merusak’ dan menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, grafiti tetap merupakan ekspresi seni yang semestinya dihargai. Sebab, terdapat banyak sekali seniman terkenal (di kemudian hari) justru mengawali kariernya dengan keleluasaan grafiti sebagai media ekspresi seni.

Sederet nama beken dengan karya grafiti mereka yang mengesankan di dunia internasional adalah Boris (Bulgaria) Utah & Ether AS), Egs (Helsinki), Katsu, Moses & Taps, Horfe, Nekst (Huston), Banos, Claw Money, Saber (Los Angeles), Os Gemeos (Sao Paolo), Ben Eine (London). Adapun klasifikasi grafiti yang bisa disaksikan di dinding-dinding kota di Indonesia umumnya mengikuti mazhab para maestro grafiti tersebut.

Jika dicermati denga pendekatan psikologi sosial, grafiti mengemban beberapa fungsi. Mulai dari Bahasa rahasia kelompok tertentu, Sarana ekspresi ketidakpuasan terhadap keadaan sosial, Sarana pemberontakan, hingga Sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial.

Grafiti marak sekitar tahun 1970-an di Amerika, yang selanjutnya merambah ke wilayah urban sebagai pernyataan jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya, dianggap memprovokasi perang antarkelompok atau gang di sana.

Karena itu pula, bisa dimaklumi jika setiap negara bagian di AS memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. Tiga kota besar di negeri Tuan Donald Trump—San DiegoCaliforniaNew York—bahkan punya undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti sebagai kegiatan ilegal.

Lalu apa beda grafiti dengan mural? Toh sama-sama lukisan. Lukisan merupakan salah satu istilah yang umum terdengar. Sejujurnya, seberapa sering anda mendengar istilah ‘mural’? Mural merupakan sebuah kata/istilah yang cukup asing bagi sebagian orang. Padahal, mereka telah melihat secara langsung apa itu mural, bahkan mungkin sering. Lukisan pada beragam dinding di jalanan, trotoar, pada dinding-dinding rumah atau bangunan yang tidak berpenghuni; itulah mural. Kebanyakan orang menganggapnya sebagai sekadar gambar atau lukisan.

Banyak diantara kita yang masih bingung apa perbedaan mural dan grafiti. Jika dilihat secara media, biasanya mural dan grafiti memang sering dibuat di atas media dinding. Khususnya di jalanan, mungkin banyak diantara kalian yang melihat lukisan dinding dengan berbagai macam karakter atau pun bentuk tulisan lainnya.

Dari segi linguistik, mural berasal dari bahasa Latin. Dari kata “murus” yang berarti dinding. Secara luas pengertian mural adalah menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau media luas lainnya yang bersifat permanen. Jadi, lukisan atau gambar apa pun yang dibuat pada media permanen seperti lantai, meja, langit-langit itu termasuk ke dalam mural.

Seni mural sudah ada sejak masa prasejarah, 31.500 tahun yang lalu. Pada masa itu terdapat sebuah lukisan yang menggambarkan sebuah gua di Lascaux, di daerah Selatan Prancis. Mural pada masa prasejarah tersebut menggunakan sari buah sebagai cat air. Pada masa prasejarah, negara yang paling banyak memiliki lukisan dinding atau mural adalah Prancis. Belakangan, sebuah mural atau lukisan dinding yang paling masyhur yaitu mural karya Pablo Picasso.

Pablo Picasso membuat sebuah mural yang diberi tajuk Guernica atau Guernica y Luno. Mural ini dibuat pada saat terjadinya perang sipil di Spanyol pada tahun 1937. Picasso membuat mural itu dengan tujuan memperingati peristiwa tragis: pengeboman oleh tentara Jerman yang terjadi di sebuah desa kecil dimana kebanyakan di antara mereka adalah masyarakat Spanyol.

Jadi, mural gambar yang dibuat lebih bebas dan luas, sedangkan untuk grafiti berupa tulisan atau kata-kata. Jika di masa lalu mural hanya sebagai bentuk ungkapan, mengkritisi masalah sosial lewat gambar dan tulisan di dinding jalanan, trotoar; kini mural menjadi “bisnis manis seni lukis“. Bisa anda lihat sekarang, mural menjadi salah satu pilihan untuk mempercantik interior. Bahkan mural juga menjadi daya tarik tersendiri sebagai spot foto yang menarik. Tidak heran jika kini banyak sekali cafe, restoran, hotel, apartemen hingga rumah menggunakan lukisan dinding atau mural sebagai point of view dari sebuah ruangan. Mural menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk datang ke cafe atau resto. Mural yang dibuat disesuaikan dengan selera, konsep cafe/restonya sendiri hingga menjadi media branding secara tidak langsung.●(dd)

Exit mobile version