hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Gorontalo, Tiga Abad Lintas Sejarah Serambi Madinah

Di usia ke-296, daerah berjuluk Serambi Medinah tampak kian solek.Gorontalo tumbuh jadi pusat pelayanan penting dibidang perdagangan, jasa, pendidikan dan kesehatan di Provinsi Gorontalo.

JIKA tersebut Gorontalo, nama itu merujuk pada dua hal. Yakni nama kota dan sekaligus nama provinsi. Seperti juga Jambi. Kota seluas 64,79 km² ini di masa lalu merupakan teritori Sulawesi Utara. Statusnya mandiri pascapemekaran. Posisinya berbatasan dengan Teluk Tomini di bagian selatan. Gorontalo adalah salah satu kota tertua di Sulawesi. Lahir 18 Maret 1728 M atau Kamis, 06 Sya’ban 1140 Hijriah. Pada 16 Februari 2001 kota ini resmi jadi ibu kota Provinsi Gorontalo.

Julukan Serambi Madinah dinisbahkan kepada Gorontalo karena mayoritas warganya pemeluk agama Islam. Nilai-nilai keislaman diterapkan di berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam kebudayaan. Kegiatan masyarakat dalam beribadah serta sikap mereka yang sejak awal menerima dan terbuka akan ajaran Islam membuat kota ini dapat julukan itu.

Sebagaimana diimani dan diimani masyarakat Minangkabau, publik Kota Gorontalo meganut falsafah “Adati hula-hula’a to Sara’a, Sara’a hula-hula’a to Kuru’ani”. Artinya “Adat Bersendikan Syara’, dan Syara’ Bersendikan Kitabullah”, Persis filosofi hidup masyarakat Minang/Sumatera Barat. Nilai-nilai dalam agama Islam bukan cuma berpengaruh melainkan menentukan aturan, pedoman atau norma bermasyarakat. Implikasi sosialnya bahkan sampai ke lingkungan pemerintahan.

Khazanah destinasi religi utama yang patut disebut adalah Masjid Hunto Sultan Amai, Inilah masjid tertua di Provinsi Gorontali. Dibangun pada tahun 1495 oleh Sultan Amai dari Kerajaan Gorontalo, setelah Islam masuk. Kata “Hunto” berasal dari singkatan “Ilohuntungo” yang berarti basis atau perkumpulan Islam di masa itu. Kini masjid tersebut termasuk ke dalam salah satu cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo.

Selain Masjid Hunto Sultan Amai Gorontalo, ada juga Monumen Nani Wartabone. Siapa pun mafhum, monumen didirikan untuk mengenang jasa pahlawan nasional yang berbasis kedaerahan. Monumen ini dibangun tahun 1987 di era Wali Kota Gorontalo ke-5, Drs. A. Nadjamudin. Siapa gerangan tokoh ini? H Nani Wartabone adalah pria pejuang bernyali besar yang lebih awal meproklamasikan kemerdekaan: 23 Januari 1942.

Selaku kota tua yang sudah berinteraksi secara internasional, Gorontalo memiliki pelabuhan di muara Sungai Bone. Pelabuhan ini dibangun secara memadai (renovasi atas pelabuhan yang secara tradisional sudah ada) pada masa kolonial Hindia-Belanda, tahun 1898. Sebelumnya, sudah ada hubungan perdagangan tradisional lewat laut pada masa Kerajaan Gowa. Dari titik ini terhubung ke Sulawesi bagian selatan dan tenggara ke pantai bagian utara.

Seiring dinamika sosial dan bisnis, peran dan kiprah Pelabuhan Gorontalo makin berkembang. Terlebih setelah kapal-kapal dagang Portugis ramai berkunjung dan menjelajahi wilayah timur Nusantara untuk mendapatkan rempah-rempah. Dewasa ini, Pelabuhan Gorontalo berfungsi sebagai pelabuhan penumpang dan barang. Komoditas pertanian dan perikanan wilayah hinterland dibawa lewat pelabuhan ini menuju daerah-daerah lain di seluruh wilayah Tanah Air.

Jejak perjalanan Kota Gorontalo yang hampir memasuki tiga abad menunjukan eksistensi sebuah daerah akan terus mengalami perkembangan. Di usia ke-296, kota berjuluk Serambi Medinah ini tampak kian solek. Sejarah perkembangan politik, sosial, budaya dan ekonomi masyarakat telah menjadikan kota Gorontalo sebagai pusat pelayanan yang penting di bidang perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan bagi seluruh masyarakat wilayah Provinsi Gorontalo.

“Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa barometer perkembangan regional Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada indikator sejauh mana perkembangan kota Gorontalo saat ini dan pada masa yang akan datang,“ ujar Wali Kota Gorontalo, Marten Taha, sebagai bentuk rasa syukur atas kedudukan, perkembangan dan pencapaian Kota Gorontalo sejauh ini.

Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang relevan dengan Kota Gorontalo sebagai Kota Jasa. Pertumbuhan sektor ini bisa membuka peluang kerja bagi kaum muda. Paket wisata budaya dikemas kekinian agar dapat menarik minat kaum muda untuk terlibat didalamnya, sekaligus menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan mereka terhadap budaya lokal.

Wisata budaya kota ini perlu dikemas lebih menarik dan atraktif dengan membenahi faktor 3 A, Attraction, Accessibility, dan Amenity. Atraksi terkait kekhasan atau keunikan yang ada dalam berbagai wujud baik berupa seni, ritual dan sebagainya. Aksesibilitas mencakup kemudahan wisatawan menuju objek atau destinasi wisata. Adapun amenity meliputi sikap sopan santun dan ramah, kenyamanan dan keamanan serta fasilitas penunjang yang memadai.

Keberadaan Kota Gorontalo dengan sektor jasa sebagai unggulan harus disentuh dengan pelayanan dengan pendekatan smart city, Diharapkan Gorontalo tumbuh menjadi kota yang dinamis. Untuk itu, harus dipertegas dengan visi kawasan yang transformatif, agenda dan program harus didesain menjadi seperti Hub atau penghubung perdagangan dan pelayanan di kawasan Teluk Tomini. Ini semua tentu harus disusun dan dijalankan dengan baik.

Sebuah kota yang dinamis, ujar Marten Taha, memiliki empat sasaran yaitu standar pelayanan yang maksimal, indikator sistem tata ruang yang handal, indikator kepuasan pelanggan yang maksimal, dan indikator keberlanjutan lingkungan.

TAHUN lalu, Kota Gorontalo mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Legislatif Sulutgo Expo 2023. Acara tahunan yang diikuti oleh Lembaga DPRD se-Sulawesi Utara dan Gorontalo. “Kami ingin menjadi tuan rumah agar bisa mendorong Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Gorontalo dan masyarakat setempat,” ujar Sekretaris DPRD Kota Gorontalo, N.R. Monoarfa.

Legislative Sulut Go Expo (LSE) dimaksudkan sebagai sarana bagi para anggota legislatif untuk bertukar pikiran, studi banding, dan silaturahim. Bagi Kota Gorontalo, kegiatan ini sedikit banyak ikut memicu denyut perekonomian masyarakat. Dalam kegiatan ini ciri khas dari daerah masing-masing tampil. Baik dari segi penataan tenda (stand/booth), pentas seni dan budaya, dan lain-lain.

Dipilihnya Kota Gorontalo sebagai tuan rumah tidak lepas dari peran serta para anggota legislatif serta pimpinan daerah di Kota Gorontalo. “Tentunya event ini akan dapat memberi manfaat seluas-luasnya pada masyarakat kami. Ekonomi kami bisa berjalan dengan baik, objek-objek wisata bisa dikunjungi oleh para pendatang, hotel-hotel kami penuh, kemudian restoran, rumah makan, dan transportasi kami bisa bergerak serentak sehingga bisa memutar perekonomian Kota Gorontalo,” ucap Marten.

Agenda berlangsung selama 4 hari sampai tanggal 17 Juni. LSE tidak hanya menggelar pameran UMKM dan Pentas Seni Budaya semata. Beragam kegiatan mewarnai agenda tersebut, seperti pelaksanaan bimbingan teknis, lomba pidato, lomba idol, lomba vocal group, lomba catur, dan teristimewa lomba Nou dan Uti Legislative khusus pimpinan atau anggota DPR Kota Gorontalo.●(Zian)

pasang iklan di sini