CIANJUR—Sejak kecil Suhendar diajak ayahnya, seorang petani pergi ke kebun. Rutinitas ini membuat warga Kampung Pasir Cina, Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur tersentuh hatinya untuk melanjutkan pekerjaan orangtuanya untuk bertani. Walaupun ketika menjalankan pekerjaan itu dia tidak sempat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Pada 30 April 2009, pria yang karib disapa Endar menginiasisasi pendirian Gabungan Kelompok Tani Multi Tani Jaya Giri (Gapoktan Mujagi) didorong keinginan yang kuat dari para petani yang menginginkan terbentuknya lembaga yang mampu memberdayakan para petani menjadi lebih maju, berkembang, kreatif dan dinamis.
Dibawah kepemimpinan Endar, Gapoktan yang berdiri sejak 2009 ini awalnya beranggotakan sekira 28 anggota, kini menjadi sekitra 100 orang bidang budi daya, sementara sekitar 20 orang di bidang pemasaran, manajemen packing house hingga adminitrasi 20 orang,
“Keanggotaan Gapoktan Mujagi didominasi para petani muda, kisaran usia 20-40 tahunan,” ucap pria yang kini pendidikan sarjana pertanian di Universitas Winaya Mukti kepada Peluang, Sabtu (18/9/21).
Visi Gapoktan Mujagi adalah menjadikan para petani menjadi lebih dinamis, kreatif, inovatif, maju dan berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi. Sementara misi Gapoktan Mujagi, menjalankan fungsi & peran petani sesuai dgn tupoksinya, melakukan edukasi dan peningkatan pemahaman, wawasan petani dalam teknis budi daya, pemasaran dan sebagainya.
Gapoktan Mujagi mengelola lahan seluas 100 hektar terdiri daro Lahan sendiri/sewa 50 ha dan lahan anggota/mitra 50 ha. Lahan ditanam aneka sayuran lokal & sayuran eksklusif (sayuran Jepang)
Harga jual per kilogram variatif, sesuai dengan jenis sayuran dan pangsa pasar, lokal tradisional dan pasar modern, bahkan dipasarkan dengan menggunakan e-commerce. Sebelum pandemi Gapoktan Mujagi mampu meraup omzet rata-rata Rp500 juta per bulan.
Endar dan timnya berupaya menjaga kualitas tanaman sayuran yang sehat, aman dikonsumsi dan tidak tergantung pada produk kimia.
Dikatakannya, untuk menghasilkan sayur-sayuran yang segar, aman dan sehat harus dipastikan mulai dari proses penanaman, seperti jenis pupuk maupun pestisida.
“Sayangnya pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap dunia usaha, termasuk perdagangan produk sayuran. Penurunan omzet bahkan mencapai 90% dari kondisi normal,” ujar Endar.
Endar dan timnya mensiasati kendala ini dengan tetap konsisten menanam sayuran, merawat pasar yang ada, membuka peluang pasar baru, serta bermitra dengan beberapa startup untuk kebutuhan pasar daring.
“Selain itu kami melakukan proses penjajakan ekspor dengan memanfaatkan jejaring komunikasi dengan pelaku ekspor. Kami juga melakukan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi tanaman hortikultura sesuai dengan kebutuhan pasar,” pungkasnya (Irvan).