
PeluangNews, Jakarta – Penurunan kualitas kesuburan tanah menjadi tantangan serius bagi sektor pertanian di berbagai daerah. Kondisi ini mendorong perlunya inovasi yang tidak hanya berfokus pada tanaman, tetapi juga pada pemulihan sistem tanah itu sendiri. Menjawab kebutuhan tersebut, tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan Gamahumat sebagai pembenah tanah untuk lahan pertanian yang mengalami degradasi kesuburan.
Gamahumat merupakan produk inovasi yang dihasilkan dari pengolahan batubara berkalori rendah menjadi bahan aktif humat. Produk ini dirancang untuk membantu tanah kembali mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal, sekaligus mencerminkan komitmen UGM dalam menghadirkan solusi pertanian berbasis riset dan ilmu pengetahuan.

Pengembangan Gamahumat dipimpin oleh Prof. Ferian Anggara dari Fakultas Teknik UGM bersama tim peneliti lintas disiplin. Senyawa humat yang dihasilkan berfungsi memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga menjadi lebih stabil. Dalam wawancara yang dilakukan pada Oktober lalu, Ferian menekankan pentingnya memulihkan tanah sebelum proses budidaya dilakukan. “Gamahumat kami kembangkan sebagai pembenah tanah yang bekerja pada sistem tanahnya,” ungkapnya.
Berbagai pengujian lapangan telah dilakukan untuk melihat efektivitas Gamahumat pada lahan marginal. Lahan pasiran, tanah masam, hingga bekas area tambang menjadi lokasi uji coba. Hasilnya menunjukkan adanya perubahan positif pada struktur tanah yang kemudian berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. “Tanah yang sebelumnya sulit ditanami mulai menunjukkan respons yang lebih baik,” kata Ferian.
Selain memperbaiki kondisi tanah, pemanfaatan Gamahumat juga berdampak pada efisiensi penggunaan pupuk. Dengan struktur tanah yang lebih baik, penyerapan unsur hara oleh tanaman berlangsung lebih optimal sehingga ketergantungan pada pupuk kimia dapat ditekan. “Ketika tanahnya membaik, tanaman bisa bekerja lebih efektif,” tuturnya.
Dalam kaitannya dengan ketahanan pangan nasional, Gamahumat dipandang memiliki potensi besar untuk pengembangan pertanian di lahan ekstrem. Banyak wilayah di Indonesia masih menghadapi keterbatasan kualitas tanah yang menghambat produktivitas. Ferian menilai pembenah tanah berbasis humat dapat menjadi pintu masuk pemulihan lahan tersebut secara berkelanjutan. “Lahan ekstrem seharusnya dipulihkan agar kembali berfungsi untuk produksi pangan,” ujar Ferian.
Agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas, pengembangan Gamahumat juga melibatkan kerja sama dengan sektor industri. Kolaborasi ini bertujuan mempercepat proses hilirisasi riset dari kampus ke pengguna di lapangan, termasuk untuk kebutuhan reklamasi dan rehabilitasi lahan. “Kerja sama dengan industri membuat inovasi kampus lebih mudah diakses pengguna,” katanya.
Pendekatan ilmiah dalam pengembangan Gamahumat mengintegrasikan riset material, teknik, dan ilmu tanah. Sinergi lintas disiplin ini memastikan produk yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik lahan dan kebutuhan tanaman. “Pendekatan lintas disiplin menjadi kunci agar aplikasinya tepat sasaran,” ujar Ferian.
Ke depan, UGM terus mendorong pengembangan Gamahumat sebagai bagian dari strategi pertanian berkelanjutan. Inovasi ini menunjukkan peran perguruan tinggi dalam menjawab persoalan nyata di sektor pertanian. Dengan fokus pada pemulihan tanah, produktivitas pertanian diharapkan dapat meningkat secara lebih stabil. “Tujuan akhirnya adalah tanah yang pulih dan pertanian yang berdaya,” pungkas Ferian.







