JAKARTA—Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) mendesak pemerintah untuk mengatur tata niaga kedelai untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan.
Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin berharap pemerintah dapat mempersiapkan produksi kedelai satu juta ton secara bertahap.
Sementara pihaknya siap menyerap kedelai lokal petani dengan syarat sesuai standar mutu industri tahu dan tempe. Untuk itu diperlukan perbaikan pascapanen kedelai.
Saat ini kompleks terbesar industri tahu tempe berlokasi di Jakarta Barat, menempati areal seluas 12,5 ha dan diisi sekitar 1.400 perajin. Kebutuhan kedelai per hari 100 ton sehingga rata-rata 3.000 ton per bulan.
“Perbandingannya 60% untuk tempe dan 40% untuk tahu. Kalau tempe memang kami biasanya dengan kedelai impor, tapi tahu lebih bagus dengan kedelai lokal,” ujar Aip dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/3/22).
Dia memperkirakan tren harga akan kembali normal saat Brasil mulai panen pada Agustus hingga November mendatang.
Untuk saat ini harga di gudang importir Rp10.800/kg, sedangkan di perajin Jakarta Barat dari agen/distributor Rp11.300/kg.
Gakoptindo berkomitmen jika kualitas produksi kedelai lokal mampu memenuhi standar mutu tahu dan tempe akan dibeli seharga Rp9.000 – Rp9.500 per kilogam.
Mutu yang dimaksud antara lain umur panen, keseragaman warna, tidak tercampur kotoran dan sebagainya sesuai standar mutu yang telah ditetapkan di lab uji.