JAKARTA-—Tingginya konsumsi manusia atas kayu dan kertas telah mengancam keberlanjutan hutan di dunia. Walaupun kesadaran lingkungan telah tumbuh namun dengan keterbatasan informasi, masyarakat masih cenderung memilih tanpa membedakan produk yang mengutamakan keberlanjutan hutan. Indonesia dengan populasi kurang lebih 250 juta penduduk memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan yang besar bagi hutan.
Salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk membedakan produk yang mengutamakan keberlangsungan hutan adalah standar sertifikasi pengelolaan hutan yang dikembangkan oleh Forest Stewardship Council (FSC)®. Standar FSC® ini mendorong konsumen dan industri untuk memilih bahan baku kayu dan kertas dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab.
Pengelolaan hutan yang bertanggung jawab berdasarkan standar sertifikasi FSC adalah pengelolaan hutan yang mengutamakan keseimbangan 3 (tiga) pilar yaitu lingkungan, sosial, dan produksi. Produk yang menggunakan bahan baku kayu dan kertas dari hutan yang bersertifikat FSC dapat dikenali dengan adanya tanda FSC pada produknya.
Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, Forest Stewardship Council (FSC) telah mengadakan program edukasi konsumen Peduli Hutan Berawal Dari Rumah di lingkungan pelajar dan pengunjung supermarket melalui program FSC Goes to School dan FSC Corner. Guna mendukung program tersebut, FSC mengadakan kegiatan kunjungan ke pabrik pensil Faber-Castell yang menggunakan bahan baku kayu dari hutan yang telah bersertifikat FSC.
Indra Setia Dewi, Manager Marketing & Communications FSC Indonesia mengatakan, FSC merupakan organisasi non profit yang mendorong pengelolaan hutan yang bertanggung jawab secara global.
“Dengan melakukan sertifikasi pengelolaan hutan guna memastikan bahan baku kayu dan kertas yang kita konsumsi berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab,” kata Indra.
Lanjut dia, dengan skema sertifikasi FSC, konsumen mempunyai pilihan produk kayu dan kertas dari hutan yang terjaga keberlanjutannya. Namun demikian masyarakat belum memiliki informasi yang jelas mengenai produk bertanda FSC, sehingga pihaknya memandang perlu adanya program edukasi konsumsi yang bertanggung jawab.
“Melalui Program Peduli Hutan Berawal Dari Rumah, FSC bertujuan mengedukasi konsumen mengenai pentingnya konsumen menjaga keberlanjutan hutan, serta peran produsen yang telah bersertifikat FSC dalam memanfaatkan sumberdaya hutan secara bertanggung jawab,” papar dia.
Di Indonesia saat ini produk dengan kemasan bertanda FSC telah mencakup 32 merek dan jumlah ini semakin meningkat. Bagi pelaku usaha, tanda FSC memberikan imej positif yang diapresiasi oleh dunia usaha.
Dengan demikian semakin banyak pelaku usaha yang ingin disertifikasi dengan standar FSC untuk menyatakan bahan baku kayu dan kertas yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab, baik skala besar maupun skala kecil, baik hutan negara maupun hutan milik.
Standar sertifikasi FSC telah digunakan di dunia sejak 1994, dan kini perkembangannya seluas 202 juta hektar hutan di seluruh dunia telah bersertifikat FSC. Sebanyak lebih dari 35.000 industri besar maupun kecil telah menggunakan sertifikasi FSC. Di Indonesia lebih dari 280 industri kayu dan kertas telah disertifikasi dengan standar FSC, dan lebih dari 3,2 juta hektar hutan telah disertifikasi menggunakan standar FSC.
Salah satu perusahaan kelas dunia yang beroperasi di Indonesia dan telah menggunakan bahan baku kayu dengan sertifikasi FSC adalah Faber-Castell. Perusahaan yang memproduksi merek pensil kayu dengan nama sama ini sudah beroperasi lebih dari 25 tahun dan berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan dan kepuasan pelanggan dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi dan inovatif.
V Sapto Putranto-Manager QA A.W Faber-Castell Indonesia, mengutip CEO Faber-Castell Count Anton-Wolfgang von Faber-Castell. Menurut dia seseorang tidak perlu menjadi seorang visioner untuk menyadari betapa pentingnya melestarikan sumber daya alam untuk generasi yang akan datang.
“Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan adalah tanggung jawab Faber-Castell untuk masa depan dan generasi berikutnya, sehingga perusahaan memprioritaskan dan terus menerus mencari proses dan bahan ramah lingkungan, seperti kayu dengan sertifikasi FSC untuk beberapa produk utama kami. Ini berarti bahwa bahan kayu diambil dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab. Semua proses ini berkontribusi terhadap pelestarian planet kita, ” tutur Sapto (Dita).