Berita  

Food Waste Jadi Sorotan Gastronomi 2025

Hari Gastronomi Berkelanjutan 2025. Foto: Ratih

Peluang News, Jakarta-Dalam rangka memperingati Hari Gastronomi Berkelanjutan 2025, Indonesian Gastronomy Community (IGC) bersama Badan Pangan Nasional menandatangani Komitmen Bersama Pengurangan Limbah Makanan, Rabu (18/6), di Anigre Restaurant, Hotel Sheraton Gandaria.

“Komitmen ini kami mulai dari hal yang sederhana: kampanye kurangi sisa makanan dari piring sendiri,” ujar Ketua Umum IGC Ria Musiawan. Ia menekankan bahwa perubahan pola konsumsi harus dimulai dari kesadaran individu agar dampaknya bisa meluas secara nasional.

Sekjen IGC, Dr. Ray Wagiu Basrowi, menegaskan bahwa limbah makanan bukan hanya soal pemborosan, tetapi juga krisis kemanusiaan dan lingkungan. “Saat ini, lebih dari 735 juta orang di dunia mengalami kelaparan kronis. Ironisnya, kita justru membuang makanan dalam jumlah besar. Padahal, food waste menyumbang 8–10% emisi gas rumah kaca global,” ungkapnya.

Direktur Kewaspadaan Pangan dari Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis, juga mengingatkan bahwa Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di Asia. “Menurut laporan FAO 2023, lebih dari 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun secara global. Ini sepertiga dari total produksi pangan dunia. Maka dari itu, langkah kongkrit pengurangan food waste menjadi sangat penting,” tegasnya.

Data Bappenas tahun 2021 menunjukkan bahwa 23–48 juta ton makanan di Indonesia berakhir di tempat pembuangan akhir setiap tahunnya. “Ini terjadi saat kita masih menghadapi tingginya angka stunting dan persoalan ketahanan pangan. Makanan bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga dihargai,” kata Dr. Ray.

IGC menyerukan tiga langkah konkrit yang bisa dilakukan masyarakat dan pelaku industri makanan:

  1. Ambil secukupnya dan habiskan sepenuhnya — mulai dari piring sendiri.

  2. Dukung pelaku industri kuliner yang menerapkan prinsip zero food waste.

  3. Edukasi masyarakat untuk mengubah pola makan menjadi lebih sehat dan berkelanjutan.

Pembina IGC, Ninuk Pambudy, menambahkan bahwa gerakan ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam Asta Cita. “Pengurangan food loss and waste adalah bagian dari membangun peradaban Indonesia modern dan memperkuat ketahanan pangan nasional,” ujarnya.

Kampanye ini juga melibatkan para pelaku industri kuliner — dari restoran, chef, hotel, UMKM, hingga food blogger. Mereka diajak untuk mempromosikan pangan lokal, menyusun menu dengan pendekatan root-to-stem dan nose-to-tail, serta mengedukasi konsumen melalui praktik nyata.

Penandatanganan komitmen ini turut didukung tokoh-tokoh penting seperti Ketua Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Prof. Nila F. Moeloek, dan Chef William Wongso.

“IGC mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan gaya hidup anti-food waste sebagai identitas gastronomi Indonesia yang berkelanjutan,” tutup Ria Musiawan.

Exit mobile version