
Peluang News, Jakarta – Festival Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) untuk pertama kali pada 23-24 April 2024, oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merupakan upaya kolabotrasi mengatasi isu lingkungan.
Digelar di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, festival PPKL 2024 ini akan menggabungkan ekspose kinerja, forum diskusi, inovasi, coaching clinic, dan festival menjadi wadah yang unik untuk membangun kesadaran dan tindakan terhadap isu-isu lingkungan.
Sejumlah agenda yang akan dihadirkan antara lain rapat kerja teknis (rakernis) dengan tema Atasi Pencemaran dan Pulihkan Lingkungan. Rakernis tersebut akan diikuti 850 peserta dari para pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, perusahaan, komunitas, hingga generasi muda.
Selain itu ada pameran eco inovasi Proper dan Sistem Pemantauan Lingkungan. Ada pula side event seperti launching loba Diplomasi Lingkungan Generasi Muda, berbagai coaching clinic, lomba Local Hero Inspiration Award, hingga sesi hiburan dari band Padi Reborn.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro menyampaikan, Festival PPKL bertujuan merangkul masyarakat dan semua pemangku kepentingan dalam upaya mengendalikan pencemaran dan memulihkan kerusakan lingkungan.
Melalui acara tersebut, sejumlah perbaikan kebijakan dan capaian di bidang lingkungan ditargetkan dapat dipenuhi. Sigit mencontohkan, dalam rakernis nanti frameworknya adalah indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH).
“Dalam IKLH ini, katanya setiap daerah sudah mempunyai target peningkatan. Misalnya (target peningkatan) indeks kualitas tutupan lahan (suatu daerah) 0,01. Kita diskusikan, 0,01 itu potensi lahan yang bisa dihijaukan di mana,” ujar Sigit dalam konferensi pers di Kantor KLHK, Jakarta, Jumat (19/4/2024).
Kemudian, cara meningkatkan berbagai indeks kualitas lingkungan itu juga akan diajarkan kepada daerah-daerah. Misalnya melalui kolaborasi dengan dunia usaha dan dinas-dinas terkait.
“Judulnya yang melakukan siapa gak penting, yang penting ini bisa ditanami pohon atau program perbaikan sungainya jalan,” kata Sigit.
“Jadi itu targetnya. Mereka (pemerintah daerah) punya gambaran saya mesti menaikkan (IKLH) segini, caranya untuk menaikkan segini caranya dengan melakukan A, B, C,” jelasnya.
Dari sisi dunia usaha, salah satu yang didorong adalah adanya keterhubungan mengenai kebijakan ESG (environmental, social, governance) di KLHK dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan itu, dunia usaha bisa lebih jelas dalam mencapai kinerja ESG.
“Nanti ada narasumber dari OJK yang bercerita mengenai kebijakan ESG di Indonesia. Sebetulnya di program Proper kami sudah ada, tapi ini menge-link-kan saja bagaimana sebetulnya yang dilakukan di Proper itu match dengan ESG yang dimandatkan oleh OJK,” jelasnya.
“Jadi mereka (dunia usaha) akan gampang untuk mentrasfer data-data pengawasan yang ada di Simpel (Sistem Pelaporan Elektronik Lingkungan Hidup) menjadi data kinerja dari sisi finansial di ESG-nya OJK,” imbuhnya.
Terakhir bagi anak-anak muda, KLHK ingin mengekspos mereka dengan dunia internasional. Misalnya seperti apa berdiplomasi di level internasional, bagaimana cara melamar bekerja di UNEP, UN Water, dan lain-lain.
“Mudah-mudahan mereka terinspirasi karena menurut saya kita itu ketinggalan dibandingkan Korea, India di organisasi-oraganisasi internasional. Padahal dari segi kemampuan, jumlah penduduk, kita juga gak kalah dengan mereka,” pungkasnya. (Aji)