
Peluangnews, Jakarta – Festival pedagang yang diselenggarakan Paguyuban Mie Ayam Tunggal Rasa Indonesia di Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah menjadi model program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan menjadi salah satu kontribusi dunia usaha.
Baca juga : Cwie Mie Tugu Malang, Toping Premium, Harga Ekonomis
Festival tersebut juga mendorong kesejahteraan dan kemandirian masyarakat dari aspek ekonomi dan sosial serta berkelanjutan.
“Festival (Paguyuban) di Kartasura dengan seribu porsi (mie ayam) dengan tepung terigu, masih aktif. Semuanya free (gratis) untuk para pedagang di bawah naungan Paguyuban,” ujar Direktur PT Indofood, Franciscus Welirang mengatakan kepada Redaksi, Rabu (22/11).
Banyaknya pedagang mie ayam di Tanah Air memicu pembentukan Paguyuban Mie Ayam Tunggal Rasa Indonesia. Ketua Umum Paguyuban Mie Ayam Tanjung Rasa Indonesia, Eddy Santoso mengungkapkan, paguyuban yang dipimpinnya mewadahi pelaku usaha utamanya perajin mie dari tepung terigu.
Paguyuban mie ayam yang cabangnya berada di setiap keresidenan berkutat di Jawa, sedangkan paling jauh di Kalimantan. Paguyuban Mie Ayam Tunggal Rasa Indonesia berdiri pada 1 Juni 1999.
“Kita kan banyak program pemberdayaan masyarakat, terutama dengan UKM (usaha kecil menengah) seperti paguyuban mie ayam. Kadang, kami gelar exhibition (program pemberdayaan UKM) sendiri. Ada produk UKM di Garut, binaan Indofood. Kalau mau gelar event kue basah atau jajanan pasar (dengan tepung terigu) di café Doea Tjangkir (Jl. Sawojajar, kota Bogor), biasanya mereka (pelaku UKM) yang aktif. Kami siapkan space. Karena ada kegiatan pelatihan di BBC (Bogasari Baking Center),” kata Franciscus Welirang.
Sementara itu, Eddy Santoso melihat festival pedagang mie ayam nantinya bisa menjadi Franchise Tradisional. Perajin atau pengusaha mie membawahi sekitar 150 pedagang mie ayam di Solo dan sekitarnya. Jumlah pengusaha mie ayam di Sukoharjo, Solo mencapai sekitar 30 pengusaha.
Kalau masing-masing punya 50 pedagang, setara dengan 1.500 gerobak mie ayam. Sebagai perajin, selain membuat mie itu sendiri biasanya juga menyediakan alat semacam gerobak dan lainnya untuk berjualan. “Sehingga pedagang kalau sudah selesai berjualan hanya tinggal setoran penghasilan kepada perajin/pengusaha, semacam franchise tradisional lah,” kata Eddy. (alb)