Perayaan Peh Cun diisi dengan berbagai ritual, tradisi dan perlombaan. Di antaranya Ritual Air Berkah, Sembahyang Twan Yang, Mendirikan Telur, Lomba Tangkap Bebek, Lomba Perahu Naga, Lomba Uleg.
FESTIVAL Cisadane tahun ini baru saja usai. Digelar 26 Juli hingga 2 Agustus 2019 di Jalan Benteng Jaya, Benteng Makasar, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Seperti biasa, event tahunan FC ini memusatkan kegiaannya di Kali Cisadane, sungai terbesar Provinsi Banten. Pemkot Tangerang terus memelihara kegiatan ini, setelah puluhan tahun kegiatan yang sudah berlangsung sejak 1993 itu sempat dilarang.
Festival Cisadane ini diawali dengan Perayaan Peh Cun. Pesta inilah cikal bakal lahirnya perhelatan tahunan seni dan budaya. Secara harfiah, Peh Cun berarti mendayung perahu. Festival Cisadane merupakan istilah pemerintah kota untuk menyebut perayaan Peh Cun, yang digelar setiap tanggal 5 bulan 5 kalender Cina. Dalam kalender Masehi, Peh Cun jatuh setiap bulan Juni, tapi belakangan diubah.
Perayaan Peh Cun diisi dengan berbagai ritual, tradisi
dan perlombaan. Di antaranya Ritual Air Berkah, Sembahyang Twan Yang,
Mendirikan Telur, Lomba Tangkap Bebek, Lomba Perahu Naga, Lomba Uleg dan
kegiatan lainnya. Singkat kata, “
Festival ini mengapresiasi akulturasi kebudayaan di
Kota Tangerang. Upaya merawat keberagamaan yang menjadi akar masyarakat Kota
Tangerang,” ujar Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah
Festival Cisadane ini dikemas menjadi event tahunan yang dikolaborasikan dengan kebudayaan-kebudayaan lainnya, seperti Betawi, Sunda dan Jawa yang menjadi akar masyarakat Kota Tangerang. “Kita ingin merawat dan melestarikan keberagamaan budaya yang ada di Kota Tangerang. Sekaligus mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya merawat (kebersihan) sungai,” ujar Arief.
Pada acara pembukaan Festival Cisadane lalu disuguhkan tarian kolosal Sangego, parade 28 perahu hias yang dipadu dengan aksi tiga hoverboard dengan membentuk formasi khusus. Tak hanya itu, beragam hiburan musik dari musisi lokal selama sembilan hari turut ditampilkan di panggung utama. Musisi papan atas yang ikut mengisi acara Fesitival adalah Band Nidji dan Band Kotak.
Festival Cisadane telah masuk ke dalam 7 (seven) Wonders Banten dan dalam 100 Kalender event Kementerian Pariwisata. Wajar jika pesertanya tak hanya dari Provinsi Banten dan regional. Partisipan dari luar negeri pun, seperti Malaysia, Timor Leste, Australia, ikut ambil bagian. Pada FC kali ini, untuk kali pertama, disajikan Festival Pencak Silat yang diikuti sekitar 18 perguruan dari wilayah Jabotabek.
Kuliner dengan sendirinya melekat tak terpisahkan dari keramaian semacam ini. Gelar karya Usaha Kecil Menengah (UKM) ikut tampil. Bersama Dispora, ujar Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, Raden Rina Hernaningsih, pihaknya menyiapkan 164 stan yang menampilkan pameran pembangunan dan gelar karya UKM. Ada 200 pelaku UKM yang disediakan stan gratis dalam upaya mempromosikan produk karya lokal Kota Tangerang. Gelaran tahun diprediksi 80 ribu pengunjung, mengingat tahun sebelumnya saja sudah tembus 60 ribu dari target 40 ribu.
Selain perahu hias, lomba dayung dan perahu naga dipertandingkan di tingkat internasional dan nasional. Untuk itu telah disiapkan hadiah menarik, ujar Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Tangerang, Engkos Zarkasyi. Berupa Rp26 juta rupiah untuk juara pertama lomba 300 meter, juara kedua Rp15 juta, dan juara ketiga Rp10 juta. Sedangkan untuk juara pertama 500 meter mendapat Rp30 juta, juara kedua Rp20 juta, dan juara ketiga senilai Rp15 juta. Lomba perahu naga dipergelarkan 27 sampai 29 Juli 2019.
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberi acungan jempol untuk pelaksanaan Festival Cisadane 2019. “Kunci jika ingin sukses menarik wisatawan adalah sustain. Harus berkelanjutan. Jangan sampai sekarang ada tapi besok tidak ada. Jika sekarang sukses, tetap harus evaluasi. Terobosan apa yang akan ditawarkan. Sehingga, keseruan tidak akan pernah hilang setiap event digelar,” ujarnya. Maka, untuk warga Tangerang dan peminat lainnya, tetaplah mendayung di Cisadane.●(dd)