octa vaganza

Fajar Jangkung Pradana, Perjuangan Perdana Petani Milenial Semangka dari Lubuklinggau

LUBUKLINGGAU—Fajar Jangkung Pradana seorang pemuda mempersunting seorang dara dari Lubuklinggau pada Juni 2021 lalu dan berencana memboyong istrinya kembali Jawa, di mana dia sudha punya usaha pertambangan pasir di Blora.

Namun apa daya pandemi Covid-19 kembali meningkat menyebabkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi ketat, menyebabkan pemuda berusia 27 tahun tidak bisa meninggalkan Lubuklinggau.

Atas saran kerabat Istrinya, Fajar diminta untuk bertani, menanam semangka. Kebetulan dekat tempat tinggalnya ada petani semangka.  Dengan modal lahan seperempat hektar pria yang pernah kuliah di Jurusan Manajemen Ekonomi, memulai karir perdananya sebagai petani pada Juli.

Butuh perjuangan memang.  Dari 1.500 populasi tanaman semangka hanya sekitar separuh yang berhasil berbuah. Yang lain mati karena penyakit seperti jamur.  Dari tanaman yang masih bebrah didapat lima kilo semangka, di mana per kilogram dihargai pengepul Rp4.000.

“Saya bisa meraup omzet Rp26 juta sekali panen. ketika panen semangka saya ada yang mencapai bobot 9 kilogram dengan rasa manis ” ujar Fajar yang mengaku dibantu dua pegawai kepada Peluang, Jumat (31/12/21).

Menurut Fajar menjadi petani di daerah pedalaman mempunyai banyak tantangan, karena hanya mengandalkan pengepul.  Tidak ada koperasi yang bisa menjadi offtaker. 

Itu sebabnya, ke depannya Fajar berencana  untuk melakukan penjualan secara buyer secara langsung dengan target Jawa.

Dia dibantu seorang kawannya, lulusan IPB pada tahun depan. Tidak tanggung-tanggung mereka bekerja sama membuka sekolah pertanian agar petani di Lubuklinggau menjadi petani modern.

Fajar mencatat kebanyakan petani di sini bukan petani hortikultura, tapi latar belakang  mereka kebanyakan di pembibitan sawit dan karet.

Selain itu petani di daerah kebanyakan  konvensional cenderung tidak efektif, efisien dan ramah lingkungan. Di antaranya yang tertinggal  cara penyemaian benih, penyemprotan dan pemahaman penyakit dan hama tanaman semangka yang baik dan benar.

 Mau tidak mau dia belajar ilmu budi daya semangka dari petani lain di Pulau Jawa untuk kemudian diterapkan di kebunnya  sekaligus menyebarkannya ke petani lain.

Dia berencana untuk memperuas lahannya menjadi empat hektar agar bisa meningkat produksi. Fajar optimis agribisnis hortikultura di Lubuklinggau mempunyai prospek tinggi karena dukungan petani milenial.

“Kami ingin milenial menjadikan petani tidak lagi identik dengan kotor, tetapi menjanjikan dan merupakan pekerjaan modern,” tutupnya (Irvan).

.

Exit mobile version