hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Erdogan Diprediksi Kembali Pimpin Turki hingga 2028

Peluang, Turki- Kandidat Petahana Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan masih difavoritkan menjelang pemilihan putaran kedua, Minggu (28/5). Kendati sejumlah lembaga survei membuat analisa suram semasa 20 tahun kepemimpinannya. Seperti masalah politik mulai dari protes massal, korupsi, upaya kudeta militer, hingga gelombang pengungsi dari Suriah. Belum lagi Turki juga dilanda krisis ekonomi dan dampak gempa bumi yang terjadi awal Februari lalu.

Upaya mendiskreditkan Erdogan oleh lawan politiknya yang berhaluan liberal sekuler hampir berhasil. Pada pemilu 14 Mei lalu, Erdogan mengantongi 49,51% suara, unggul empat poin dari Kilicdaroglu yang meraih 44,88% suara. Karena salah satu kandidat belum ada yang memperoleh suara di atas 50%, pemilu dilanjutkan di putaran kedua yang akan dihelat Minggu, 28 Mei mendatang.

Di Pemilu putaran kedua, Erdogan masih diprediksi memenangkan pemungutan suara dari saingan terdekatnya, Kemal Kilicdaroglu. Selama memimpin Turki presiden berusia 69 tahun itu selalu menerapkan nilai-nilai Islam di negara yang selama hampir satu abad ini disebut sebagai negara sekularisme.

Upaya Erdogan ini berhasil memupuk loyalitas mendalam di antara para pendukungnya yang konservatif. Salah satu upaya Erdogan yaitu memerangi LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).

Dia juga mencabut aturan yang melarang perempuan mengenakan jilbab di sekolah dan kantor pemerintah. Erdogan selama ini juga mempererat kekuasaannya dengan berani menggelontorkan biaya besar untuk infrastruktur demi kemaslahatan masyarakat.

Dia berjanji bakal menghabiskan dana berapa pun untuk merekonstruksi daerah-daerah terdampak gempa. Karena janjinya ini, partainya yakni AK hanya memenangkan suara di 10 dari 11 provinsi karena terdampak penanganan bencana tersebut.

Erdogan juga difavoritkan karena banyak pendukungnya memandang sang petahana sebagai pemimpin yang berhasil menunjukkan bahwa Turki bisa menjadi pemain utama dalam geopolitik. Karena Erdogan selama ini menunjukkan bahwa Turki merupakan negara yang mandiri serta dapat dengan mudah mengendalikan militer, karena terlibat dengan negara-negara Timur dan Barat.

Di bawah kepemimpinannya, Turki menjadi anggota kunci NATO karena lokasinya yang strategis di persimpangan Eropa dan Asia, serta kekuatannya sebagai pengendali militer terbesar kedua di aliansi tersebut.

Erdogan berhasil membawa Turki menjadi anggota NATO yang sangat diperlukan dan terkadang juga merepotkan. Swedia sampai-sampai kesulitan masuk aliansi usai bersitegang dengan Ankara.

Turki juga punya pengaruh besar karena menengahi kesepakatan penting yang memungkinkan Ukraina mengirim biji-bijian melalui Laut Hitam ke berbagai bagian dunia yang berjuang keras melawan kelaparan.

Usai perang saudara pecah di Suriah pada 2011, Erdogan juga melibatkan Turki dengan mendukung oposisi yang berupaya menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.

Kekacauan di Suriah pun meletus hingga memicu gelombang pengungsi Suriah kabur ke berbagai negara Eropa. Erdogan menggunakan kesempatan itu untuk mengancam bakal membuka perbatasan Turki dan membanjiri negara Eropa dengan para migran. Negara Eropa pun ‘tunduk’ dengan Erdogan karena ogah menerima gelombang pengungsi Suriah.

Menurut wawancara dengan para pemilih dan analis, popularitas Erdogan juga didapat karena banyak warga Turki yang lebih menginginkan stabilitas ketimbang perubahan.

“Selama masa krisis nasional seperti ini, orang biasanya berkumpul di sekitar pemimpin. Para pemilih tidak memiliki cukup kepercayaan pada kemampuan oposisi untuk memperbaiki keadaan,” kata Gonul Tol, analis di Middle East Institute di Washington.

Dalam pemilihan umum kali ini, Erdogan pun diprediksi menang lagi yang memperpanjang pemerintahannya hingga 2028 jika berhasil mengamankan suara mayoritas atau lebih dari 50% di putaran kedua.

Prediksi itu dilatarbelakangi dukungan dari kandidat presiden lainnya, Sinan Ogan, yang mengajak pendukungnya memilih Erdogan pada 28 Mei. Ogan merupakan salah satu kandidat capres yang meraih 5,17% suara pada putaran pertama. (Hsn)

Baca Juga: Erdogan Dihina Charlie Hebdo Wujud Kepanikan Barat di Pemilu Turki

pasang iklan di sini