Jakarta (Peluang) : Kenaikan inflasi dan suku bunga acuan global harus diwaspadai Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan adanya empat tantangan ekonomi yang patut diwaspadai oleh Indonesia ke depannya.
Tantangan pertama, menurutnya, yaitu sejumlah situasi ekonomi terkini yang masih jadi penyebab tingginya ketidakpastian secara global. Antara lain, kenaikan inflasi, harga energi, perlambatan negara ekonomi utama dunia seperti Amerika Serikat (AS) dan China, serta kenaikan suku bunga acuan secara global.
Bahkan kata dia, berbagai lembaga internasional sudah merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2022. Ekonomi global diperkirakan tumbuh dalam kisaran 2,9-3,2 persen pada 2022.
“Tahun 2023 juga ekonomi global akan tumbuh tidak jauh beda dengan sekarang, di kisaran 2,8-3 persen,” ujar Purbaya dalam diskusi secara virtual, Kamis (6/10/2022).
Kedua, soal literasi keuangan yang masih rendah. Mengacu hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di 2019, indeks inklusi keuangan nasional berada pada level 76,19 persen. Sementara indeks literasi keuangan berada pada level 38,03 persen.
Artinya kata Purbaya, sekitar 7 dari 10 masyarakat Indonesia telah memiliki akses produk dan jasa keuangan. Namun, hanya 4 dari 10 orang yang memahami apa itu produk dan jasa keuangan.
“Terdapat gap yang signifikan antara inklusi dengan literasi keuangan nasional. Pemahaman masyarakat yang terbatas atas produk keuangan menyebabkan timbulnya berbagai risiko, seperti penipuan yang berdampak buruk bagi masyarakat,” ungkapnya.
Selanjutnya ketiga adalah digitalisasi. Menurutnya, proses digitalisasi yang luar biasa cepat memunculkan risiko berupa adanya kejahatan siber.
Purbaya pun meminta perbankan untuk terus memperkuat sistem informasi guna mencegah potensi terjadinya kejahatan siber.
“Tentu kita ketahui kian hari risiko cyber security akan meningkat. Apalagi masyarakat tidak memiliki literasi tinggi secara digital kasus-kasus seperti scamming, phishing, ransomware, dan kejahatan-kejahatan keuangan lain melalui cyber,” jelasnya.
Tantangan terakhir yakni sebut dia adalah pendalaman pasar keuangan di Indonesia yang masih rendah dibandingkan negara-negara tetangga.
Menurutnya, kapitalisasi pasar modal Indonesia pada 2020 masih berada di angka 46,9 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Sedangkan negara Filipina sudah berada di level 75,4 persen, Thailand 108,7 persen, dan Malaysia 129,5 persen.
Maka itu Purbaya menekankan pendalaman pasar keuangan Indonesia perlu terus ditingkatkan.
“Tujuannya supaya peran pasar keuangan sebagai sumber pembiayaan pembangunan semakin tinggi, dan tidak tergantung terhadap dana asing dalam pembangunan nasional,” tandasnya.