Fokus  

Emiten Kesehatan Yang Tetap Bugar Saat Pandemi Bubar

Permintaan masyarakat yang meningkat dan kenaikan INA CBGs dalam BPJS Kesehatan turut menopang kinerja ciamik beberapa perusahaan yang bergerak di industri rumah sakit dan farmasi.

Pemerintah menetapkan Indonesia telah bebas dari pandemi Covid-19 pada 23 Juni 2023. Aktivitas masyarakat dan dunia usaha pun kembali bebas seperti sebelumnya. Perdagangan di bursa saham menggeliat dan beberapa saham emiten sektor kesehatan tetap bertaji meski pandemi usai.

Stabilitas politik dan pemulihan ekonomi yang cepat pascapandemi berperan dalam menjaga kinerja saham emiten tersebut. Permintaan masyarakat terhadap layanan kesehatan juga cenderung meningkat. Selain itu, kenaikan tarif paket pelayanan kesehatan yang mencakup seluruh komponen biaya rumah sakit dalam BPJS (INA-CBGs) turut menopang pertumbuhan terutama untuk emiten yang bergerak di industri rumah sakit.

Salah satu emiten kesehatan yang tetap bertaji usai pandemi adalah PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). Perusahaan yang bergerak di industri rumah sakit ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,28 triliun, naik 19,77% secara tahunan sampai akhir Juni 2023. Laba bersih melonjak sebesar 139,51% menjadi Rp503 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kinerja ciamik emiten yang sahamnya mayoritas dimiliki Lippo Group ini juga terlihat dari pergerakan harga saham dengan tren menanjak. Pada hari perdagangan 8 September 2023, kapitalisasi pasar SILO sebesar Rp24,45 triliun dengan harga sahamnya ditutup Rp1.880/saham, meningkat sebesar 49,2% tahun berjalan (year to date) dibanding penutupan akhir Desember 2022 di harga Rp1.260/saham.

Pencapaian SILO pada tahun ini melanjutkan kinerja pada tahun sebelumnya. Tercatat, pada 2022, pendapatan sebesar Rp9,52 triliun dengan laba bersih sebesar Rp710 miliar.

Untuk diketahui, Siloam Hospitals memiliki tim medis yang terdiri dari 3.659 dokter umum dan dokter spesialis, serta 8.127 perawat dan staf pendukung lainnya dan telah melayani lebih dari 3 juta pasien setiap tahunnya.

Jaringan Perseroan yang luas mencakup 41 rumah sakit, di mana 15 unit rumah sakit berada di wilayah Jabodetabek, sedangkan 26 rumah sakit lainnya tersebar di beberapa pulau, yaitu Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Selain itu, 27 dari 41 rumah sakit yang beroperasi bahkan telah melayani peserta BPJS.

Selain mengelola jaringan rumah sakit, Perseroan mengoperasikan total 66 klinik termasuk in-house clinic utk perusahaan dan 7 klinik di Papua yang menawarkan layanan kesehatan primer, termasuk dokter umum dan dokter gigi.

Jaringan rumah sakit ini juga secara konsisten meningkatkan volume pasien yang diperoleh melalui saluran digital. Hingga akhir tahun lalu, Siloam telah memiliki 347 dokter & spesialis yang dapat memberikan layanan homecare, dan memberikan lebih dari 50 ribu layanan kepada lebih dari 21 ribu pasien.

Layanan homecare tersebut menawarkan berbagai macam perawatan seperti tes & vaksinasi COVID, perawatan luka, perawatan umum, perawatan onkologi, perawatan pasca operasi, paket bersalin, vaksinasi anak dan dewasa, rehabilitasi medis, layanan laboratorium dan pemeriksaan kesehatan, serta jasa katering.  

Senada dengan Siloam Hospitals, PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) juga tetap cuan. Pendapatan sebesar Rp2,69 triliun hingga akhir Juni 2023, tumbuh 13,83% secara tahunan. Laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp202,34 miliar atau melesat 23,1% secara tahunan.

Jaringan Rumah Sakit Hermina meliputi sebanyak 45 rumah sakit yang tersebar di 29 kota di Indonesia. Rumah Sakit Hermina memiliki 6.478 tempat tidur, dengan total 14.783 karyawan yang melayani lebih dari 7,1 juta pasien pasien rawat jalan dan rawat inap.

Permodalan rumah sakit yang didirikan sejak tahun 1985 ini juga semakin berotot setelah PT Astra International Tbk. (ASII) menyuntikan modal senilai Rp45 miliar melalui skema private placement pada tahun lalu. Dengan gelontoran dana sebesar itu, Astra memiliki saham sebanyak 7,43% di Hermina.

Selain emiten kesehatan di industri rumah sakit, sektor farmasi juga tetap menunjukan kinerja kuat setelah pandemi. Salah satunya, PT Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC) yang membukukan laba bersih sebesar Rp692,84 miliar pada semester I 2023, naik 83,06% dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp378,86 miliar.

Peningkatan laba produsen Bodrex dan minyak telon My Baby itu mendongkrak laba per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ke level Rp154, sedangkan di akhir Juni 2022 berada di level Rp84. Laba TSPC ditopang oleh penjualan bersih yang naik sebesar 9,1% secara tahunan menjadi Rp6,48 triliun per Juni 2023.

Selain merajai pasar domestik untuk beberapa merek obat dan produk farmasi, TSPC juga merambah pasar global melalui lima unit usaha bisnis internasionalnya yang terdiri dari RT Beauty Care Ltd dan International Beauty Products Ltd di Thailand; dan Tempo Scan Pacific Philippines, Inc, di Manila, Filipina.

Selain itu juga ada Tempo Scan Pacific Malaysia, SDN, BHD, di Kuala Lumpur, Malaysia sebagai unit usaha Perseroan untuk distribusi dan pemasaran antara lain produk consumer health di negara Malaysia; dan Tempo Scan Afrika Ltd berkedudukan di Lagos, Nigeria sebagai unit usaha Perseroan untuk distribusi dan/atau pemasaran antara lain produk farmasi dan consumer health.

Kinerja ciamik emiten sektor kesehatan tersebut masih akan diuji hingga akhir tahun. Terbitnya Omnibus Kesehatan dinilai sebagian analis dapat memberikan sentimen positif untuk tetap mendongkrak harga saham. (Kur).

Exit mobile version