JAKARTA—Mewujudkan ketahanan pangan dengan melakukan kebijakan impor adalah keliru, karena akan merugikan petani. Cara yang lebih bijakana adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi.
Hal itu diungkap ekonom senior Emil Salim dalam webinar “Potensi Sektor Pertanian Dalam Mencegah Krisis Ekonomi”, Kamis (29/07/21).
“Jika stok pangan kita berkurang, maka yang harus dilakukan bukan impor, tapi meningkatkan kapasitas produksi kita. Jika harga naik, maka kita perlu mencari tahu hambatan di lapangan seperti apa,” ungkap Emil.
Dikatakannya , pemerintah seharusnya mengubah mindsetnya untuk tidak lagi berfokus mewujudkan ketahanan pangan, tapi beralih pada upaya meraih kedaulatan pangan.
Bahkan Emil menyebut seharusnya orientasi yang dikejar bukan lagi ketahanan pangan, melainkan kedaulatan pangan. Kalau ketahanan pangan, maka jalan keluarnya impor. Itu sering dilakukan. Padahal impor berdampak pada anjloknya harga di tingkat petani.
Pemerintah harus memperhatikan biaya produksi sehingga petani bisa memiliki keuntungan. Sarana produksi, seperti pupuk dan bibit, hingga sewa lahan dan rantai distribusi, harus turut menjadi fokus dalam kebijakan pemerintah.
“Kalau biaya produksi, seperti harga pupuk dan sewa lahan terus naik, bagaimana bisa masyarakat tertarik untuk bertani? Tentunya prospek pertanian tidak menarik dikembangkan karena biaya naik, sementara revenue turun,” ungkapnya.
Selain itu, Emil pun turut meminta pemerintah untuk dapat meningkatkan kapasitas petani, terutama dalam penggunaan teknologi.
Dia mengkritisi kondisi Indonesia bagian timur tentunya berbeda dengan Indonesia bagian barat maupun tengah. Teknologi presisi harus dikuasai oleh petani dan penyuluh. Manfaatkan teknologi sebaik-baiknya.