BANDUNG –Angka Patisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi di tingkat nasional masih 31 persen, sementara di Jawa Barat masih di bawah 20 persen.
Kenyataaan ini membuat Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan pentingnya informasi akurat tentang jurusan yang ada di perguruan tinggi sebagai peta jalan kepada siswa SMU dan SMK yang hendak melanjutkan pendidikannya.
“Dengan demikian para siswa tidak salah ambil keputusan ketika menentukan jurusan sesuai minat dan bakatnya,” ujar pria yang akrab disapa Emil ini ketika memberikan sambutan pada acara Edu Passion di SMUN 3 Kota Bandung, Kamis (24/1/2019).
Untuk itu Emil menginstruksikan kepada Kepala Dinas Pendidikan Jabar agar semua sekolah setiap tahunnya menggelar informasi penjurusan yang diikuti oleh Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta.
Alumni Jurusan Arsitektur ITB ini mengatakan, para siswa harus memilih jurusan di perguruan tinggi yang sesuai dengan otak kiri atau kanannya juga secara psikologis sesuai minatnya.
“Dulu saya memilih jurusan tanpa ada panduan, karena bingung lalu bertanya kesana-sini yang sebenarnya referensinya kurang kredibel. Jangan sampai peristiwa itu terjadi di sekarang. Sehingga anak-anak memilih condong ke otak kiri atau kanan, cenderung secara psikologis ingin apa sehingga nanti dia bisa memilih melanjutkan pendidikan sesuai minatnya,” aku dia.
Lanjut Emil, saat ini pintar saja tidak cukup bagi anak sekolah. Tetapi harus memiliki tiga skill lain bila ingin sukses bersaing. Yaitu bahasa, digital computer skill dan kepemimpinan.
“Kuncinya adalah bahasa asing, computer skill dan leadership, ini yang akan membedakan anak tersebut relevan atau tidak dengan perkembangan sekarang, kalau tidak maka akan ketinggalan,” pungkasnya.
Pengamat pendidikan Poppy Yaniawati pernah mengungkapkan dalam artikelnya di harian Pikiran Rakyat 10 Juli 2018 bahwa APK di Indonesia sebesar 31% ini di bawah Malaysia 38% dan Singapura 78%. Jabar APK Pendidikan Tingginya hanya mencapai 19%.
Menurut Guru Besar Pendidikan Matematika Universitas Pasundan ini terdapat berbagai faktor membuat rendahnya APK dan siswa SLTA tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di antaranya rendahnya daya saing akademik lulusan SLTA Jabar, kurang kerasnya penanaman nilai belajar sepanjang hayat pada pendidikan sebelumnya hingga kurangnya mediasi pemprov.