TikTok memiliki data pribadi konsumen berjumlah besar yang dapat diperoleh langsung dari platformnya. Data itu diolahdan memanfaatkan preferensi penggunanya dalam melakukan penjualan serta fitur yang lebih spesifik kepada konsumennya.
BISNIS e-commerce TikTok tumbuh pesat. Transaksi belanja online lewat TikTok bahkan sudah menyalip e-commerce Blibli. Berdasarkan hasil riset Momentum Works, nilai produk yang dijual (gross merchandise value/GMV) lewat TikTok kini sudah mencapai 5 persen dari total GMV seluruh e-commerce Indonesia.
Nilai pasar belanja online Indonesia sepanjang 2022 mencapai US$51,9 miliar atau Rp775 triliun. Indonesia masih pasar terbesar (52%) belanja online di Asia Tenggara. Setahun terakhir, TikTok yang agresif merekrut pedagang ke platform miliknya kini menguasai 5 persen GMV, diikuti oleh Blibli (4 persen). Shopee (38%) dan Tokopedia masih menjadi yang terdepan. Tokopedia yang merger dengan Gojek menjadi GoTo menguasai 35 persen GMV.
TikTok di Indonesia memang masih di tahap “bakar uang”. Rencana CEO TikTok, Shou Zi Chew,berinvestasi US$10 miliar lima tahun ke depan mengindikasikan mereka akan semakin ekspansif dan bakal menjangkau lebih banyak pengguna, pelanggan. TikTok dikabarkan memasang target ambisius. Transaksi penjualan (GMV) online tahun ini dipatok US$20 miliar/Rp297 triliun.
Firma riset Insider Intelligence menyebut pengguna aktif TikTok di Asia Tenggara mencapai 135 juta hingga Q-1 2023. Indonesia menjadi negara yang berkontribusi terbesar dengan basis pengguna 113 juta. Padahal, TikTok Shop baru hadir di Asia Tenggara 2021 lalu. Menurut survei firma riset Cube Asia; di Indonesia, Thailand, dan Filipina, pengeluaran pengguna di Shopee turun 51% kare,na alokasinya pindah ke TikTok Shop. Sementara di Lazada turun 45% dan di gerai offline anjlok 38%.
Secara spesifik di Indonesia, TikTok Shop mengantongi GMV US$2,5 miliar dalam periode 3 bulan di Q1 2023, menurut data Cube Asia. TikTok sangat berambisi menguasai industri e-commerce di Indonesia. CEO TikTok Shou Zi Chew, yang datang dan bertemu Mendag Zulkifli Hasan, mengklaim izin yang dimiliki TikTok Shop membuat perusahaan bisa menggaet 5 juta pelaku bisnis. Dari 5 juta pedagang itu, mayoritasnya UMKM, Dua juta di antaranya sudah membuka lapak di TikTok Shop.
“Pemerintah perlu semakin concern terutama dengan TikTok Shop, karena tahun lalu saja penjualan TikTok di dunia US$2,5 miliar. Spesifik di Indonesia tahun lalu Rp228 miliar. Ini jumlah yang sangat besar,” kata Ekonom Indef, Izzudin Al Farras Adha.
TikTok kata Farras memiliki data pribadi konsumen berjumlah besar yang dapat diperoleh langsung dari platformnya. TikTok akan mengolah data tersebut dan memanfaatkan preferensi penggunanya dalam melakukan penjualan serta fitur yang lebih spesifik kepada konsumennya. Dia menggunakan preferensi perawatan kulit atau skincare yang mendominasi Indonesia sebagai contoh.
Project S TikTok Shop belakangan jadi perbincangan hangat. Ini jelas dapat mengancam bisnis para pelaku UMKM. Menurut Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, TikTok Shop ini menggabungkan tiga hal, yakni media sosial, cross border atau bisnis lintas batas, dan retail online. Dengan menggunakan algoritmanya, TikTok dapat dengan mudah melakukan market intelligence. “Mereka tahu persis market di Asia, market di Indonesia. Apa yang paling diminati, mulai dari fesyen, makanan, kosmetik,” kata Teten. Project S Tiktok Shop dicurigai menjadi cara perusahaan untuk mengumpulkan data produk yang laris-manis di suatu negara untuk kemudian diproduksi di Cina. Dari 21 juta pelaku UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital, mayoritas yang dijual adalah produk asal Cina.